JAKARTA – PT Pertamina Hulu Mahakam,  operator Wilayah Kerja (WK) atau Blok Mahakam mulai tahapan Sail Away pada Proyek Peciko 8A, yang dilanjutkan dengan pemasangan booster compressor dan berbagai komponen pendukungnya. Serta modifikasi anjungan, yang akan dilakukan di anjungan SWP-G, Lapangan Peciko, di fasilitas PT Asta Rekayasa Unggul (PT Arung), Desa Teluk Pemedas, Kec. Samboja, Kab. Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.

Julius Wiratno, Deputi Operasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), mengatakan proyek Peciko 8A menjadi salah upaya Pertamina Hulu Mahakam untuk terus mempertahankan tingkat produksi di Mahakam.

“Dengan fasilitas tambahan ini diharapkan upaya mempertahankan penyediaan gas sebesar 8 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) dapat tercapai dan akan terjadi penambahan produksi di Lapangan Peciko sebesar 7,3 miliar standar kaki kubik (BSCF) gas dan 0,184 ribu barel (Mbbls) kondensat,” kata Julius, Kamis (17/9).

Proyek Peciko 8A dimulai pada Oktober 2019 lalu. Proyek senilai US$15,3 juta ini dikerjakan oleh kontraktor lokal Kalimantan Timur, PT Asta Rekayasa Unggul, dengan melibatkan 100% pekerja lokal. Dengan sail away ini berarti tahap fabrikasi telah selesai dan segera memasuki tahap offshore installation, commissioning, dan start-up. Seluruh pekerjaan direncanakan selesai November 2020

Menurut Julius, dalam Proyek Peciko 8A, sumur-sumur di anjungan SWP-G yang sudah berada di fase low pressure, tekanan gasnya diturunkan lagi menjadi low low pressure agar dapat tetap berproduksi lebih lama. “Booster compressor digunakan untuk mendorong gas yang keluar menuju ke fasilitas pemrosesan di Lapangan SPS,” kata dia.

Chalid Salim, Direktur Utama PT Pertamina Hulu Indonesia, induk usaha Pertamina Hulu Mahakam berharap Proyek Peciko 8A akan berhasil menambah panjang usia produksi ketujuh sumur yang bermuara di platform SWP-G hingga 2028, sehingga pendekatan yang sama dapat diterapkan pada sumur-sumur lain di Lapangan Peciko.

“Saya juga berharap KKKS yang berada di bawah PT PHI meningkatkan kerjasama dan saling berbagi pengalaman sehingga semakin efisien, karena kita semua beroperasi di region yang sama,” kata Chalid.

Danar Dojoadhi, Pelaksana Tugas Harian Direktur PHM, mengatakan secara teknis proyek ini cukup menantang, karena para engineer di PHM harus memodifikasi anjungan yang sebelumnya sudah pernah dimodifikasi. “Tantangan lainnya adalah, proyek ini tetap harus selesai tepat waktu, walau di tengah pandemi COVID-19, karena apabila terlambat maka bisa berpotensi rugi,” kata Danar.(RI)