JAKARTA – Bisnis Liquefed Natural Gas (LNG) akan menjadi lini bisnis andalan PT Pertamina (Persero) di pasar internasional. Salah satu strategi untuk memasarkan LNG Pertamina adalah dengan menawarkan konsep penyediaan Pembangkit Tenaga Listrik Gas (PLTG) secara terintegrasi.

Ginanjar, Direktur Utama Pertamina Power Indonesia, mengatakan manajemen berkomitmen untuk tidak kehilangan warisan bisnis LNG yang sudah dirintis sejak puluhan tahun lalu. Penurunan produksi gas dalam negeri yang disebabkan faktor alami bukan berarti menghilangkan identitas Pertamina sebagai salah satu pemain LNG internasional.

Salah satu strategi yang kini gencar digaungkan adalah dengan menawarkan pembangunan pembangkit listrik bertenaga gas terintegrasi dengan fasilitas LNG sekaligus menyediakan pasokan gas.

“Kami itu hanya ingin memastikan portofolio molekul (LNG) aman. Karena kalau salah satu pemain (perusahaan) Perancis itu, mereka tidak mau masuk ke power kalau tidak jualan LNG, sepaket. Kalau kami kebalik, buka dulu marketnya baru LNG dibawa,” kata Ginanjar kepada Dunia Energi di Jakarta, belum lama ini.

Strategi tersebut sebenarnya sudah bisa dilihat dari beberapa proyek Pertamina yang dikerjakan dalam dua tahun terakhir.

Pertama dengan Bangladesh, Pertamina sudah mendapatkan kepastian untuk membangun PLTG. Kini Pertamina sedang melobi untuk menyediakan pasokan LNG melalui Petrobangla.

Selain itu, Pertamina baru saja menandatangani kerja sama dengan pemerintah Filipina dan telah menyatakan minat untuk berinvestasi dalam proyek LNG melalui proyek hub regasifikasi senilai US$1 miliar.

“Ya ekspansi meng-enhance portofolio. Kami kan 40 tahun main di LNG masa hilang begitu saja. Masa karena gara-gara resources naturally decline, kita mau tinggal warisan itu,” ungkap Ginanjar.

Lebih lanjut Ginanjar mengatakan skema investasi yang ditawarkan Pertamina di Filipina nantinya tidak akan berbeda jauh dengan yang sudah berjalan di Bangladesh. “Jadi power itu untuk lock market,” tukasnya.

Pertamina sudah mengamankan pasokan LNG-nya dengan telah ditandatanganinya Sales Purchase Agreement (SPA) dengan Mozambique LNG 1 yang dimiliki Anadarko Petroleum Corporation, perusahaan asal Amerika Serikat. Total volume LNG yang dibeli sebesar 1 juta ton per tahun selama 20 tahun. Pembelian akan dimulai pada 2024.

Djoko Siswanto, Direktur Jenderal Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan sebagai perusahaan migas wajar saja Pertamina melakukan perdagangan LNG, apalagi diperkirakan kebutuhan gas ke depan juga akan meningkat.

Pemerintah tidak akan menghalangi Pertamina dalam berbisnis, apabila kebutuhan gas dalam negeri meningkat drastis maka LNG Pertamina bisa dipasok ke dalam negeri.

“Kan boleh saja sebagai trading company. Kalau kebutuhan di dalam negeri cukup bisa dijual. Kalau butuh baru dibawa ke dalam negeri,” tandas Djoko.(RI)