JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menitikberatkan akses, teknologi, dan pendanaan transisi energi menjadi bahasan utama dalam Energy Transitions Working Group (ETWG) Presidensi G20 Indonesia tahun ini.

Yudo Dwinanda Priaadi, Staf Ahli Menteri ESDM Bidang Perencanaan Strategis, menjelaskan bahwa Presiden telah memberikan arahan agar Presidensi G20 Indonesia akan fokus kepada tiga hal, yaitu global health, transformasi digital dan ekonomi, yang terakhir adalah transisi energi.

“Tentunya yang akan kami tangani adalah terkait energi. Kami bawa semua diskusi G20 untuk mendorong energi transisi di negara masing-masing,” ujar Yudo (4/2).

Yudo menjelaskan bahwa tiga hal yang akan dibahas bersama-sama dengan negara anggota G20 adalah terkait akses energi, peningkatan teknologi bersih, dan pendanaan untuk transisi energi. Untuk akses energi, titik berat diberikan kepada energi yang terjangkau, andal, berkelanjutan, dan modern untuk semua (leaving no one behind), terutama energi untuk elektrifikasi dan clean cooking.

“Yang kedua kita bicara teknologi. Bagaimana kita bisa membangkitkan lebih banyak lagi energi, dengan cara lebih efisien, atau dengan cara baru. Salah satu yang kita angkat adalah energy storage, kemudian sistem energi rendah karbon, pembangunan industri bersih, kemudian integrasi energi terbarukan, dan efisiensi energi,” ungkap dia.

Isu prioritas ketiga adalah pendanaan. Yudo menegaskan, transisi energi tentu membutuhkan proyek-proyek baru, maka dari itu dibutuhkan pula investasi yang baru, maka pendanaan menjadi topik yang perlu dibahas pada Presidensi G20 Indonesia.

“Jadi tiga hal itu, yakni akses, teknologi, dan pendanaan. Ini menjadi harapan kami, ketiga isu tersebut dapat dibicarakan, sehingga kita mencapai global deal untuk mempercepat transisi energi,” ungkap Yudo.

Sementara itu, Novita Putri Rudiany, peneliti ECADIN sekaligus Dosen Hubungan Internasional Universitas Pertamina menilai upaya mewujudkan akses energi dan pengembangan teknologi pada akhirnya akan membuka keran investasi dan sumber pendanaan yang melibatkan banyak aktor penting seperti filantropi dan bisnis multinasional.

“Setidaknya, ada 3 hal penting yang bisa kita lihat dalam perkembangan diplomasi energi Indonesia di G20. Pertama, naiknya citra positif bangsa. Kedua, terbukanya peluang investasi langsung di daerah potensial. Ketiga, semua pihak baik pemerintah maupun non-pemerintah dapat memainkan perannya untuk mendukung transisi energi global. Inilah mengapa G20 merupakan great leap untuk diplomasi energi Indonesia,” ungkap Novita.