JAKARTA – Rata-rata Harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) sepanjang September 2018 tercatat naik US$5,53 menjadi US$74,88 per barel dibanding periode Agustus sebesar US$69,36 per barel.

Untuk ICP SLC juga naik US$5,36 menjadi US$ 75,38 per barel dibanding rata-rata Agustus sebesar US$70,02 per barel.

Peningkatan ICP berdampak pada beban pembiayaan harga BBM yang saat ini ditanggung PT Pertamina (Persero), khususnya untuk jenis Premium. Harga Premium hingga kini masih tetap dipertahankan di level Rp6.550 per liter.

Djoko Siswanto, Direktur Jenderal Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan  peningkatan ICP maupun harga minyak mentah dunia tidak selalu memberikan dampak buruk.

“Kalau US$100 per barel (peningkatan harga minyak) berarti penerimaan negara meningkatkan,” kata Djoko saat ditemui di Kementerian ESDM Jakarta, Senin (8/10).

Kenaikan harga ICP hingga kini belum akan berpengaruh terhadap harga BBM, khususnya Premium dan Solar.

Namun kenaikan ICP tidak akan berpengaruh terhadap harga Premium dan Solar.
Tanpa adanya penyesuaian harga BBM maka beban harga sudah sepatutnya dialilhkan kepada penambahan subsidi.

“Ya kalau subsidi kan kita belum tahu nih kebijakannya seperti apa,” ungkap Djoko.

Peningkatan ICP sejalan dengan perkembangan harga minyak mentah dunia di pasar internasional yang antara lain disebabkan beberapa faktor, terutama permintaan minyak internasional.

Berdasarkan publikasi International Energy Agency (IEA) September 2018 ada peningkatan proyeksi permintaan minyak dunia pada kuartal III 2018 sebesar 200 ribu barel per hari dibanding publikasi bulan sebelumnya, menjadi 99,8 juta barel per hari.

Selain itu, terjadi penurunan produksi dari negara-negara Non OPEC sebesar 340 ribu barel per hari dibanding bulan sebelumnya menjadi 60,41 juta barel per hari.

Berdasarkan publikasi OPEC  September 2018, terdapat penurunan proyeksi suplai minyak dari negara-negara Non-OPEC pada kuartal III 2018 sebesar 30 ribu barel per hari dibanding publikasi bulan sebelumnya, menjadi 59,64 juta barel per hari.

Energy Information Administration (EIA) dalam laporannya menunjukkan bahwa cadangan minyak mentah komersial AS pada September 2018 lebih rendah 5,5 juta barel dibanding dengan stok pada Agustus 2018, menjadi 396 juta barel.

Selain itu, persediaan minyak dunia pada 2018 diproyeksikan turun sebesar 0,4 juta barel per hari dibanding 2017.

Permintaan minyak Iran menjelang penerapan sanksi dari Amerika Serikat juga turun yang menyebabkan produksi Iran  Agustus 2018 turun sebesar 150 ribu barel per hari menjadi 3,63 juta barel per hari, terendah sejak Juli 2016.

Selain itu, produksi minyak di Venezuela juga turun menjadi setengah dari produksi pada 2016 dan diperkirakan akan mengalami penurunan produksi lebih lanjut mengingat terdapat indikasi penerapan sanksi tambahan dari AS.

Untuk kawasan Asia Pasifik, peningkatan harga minyak mentah dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti berdasarkan publikasi OPEC  September 2018, terdapat peningkatan proyeksi pertumbuhan ekonomi India tahun 2018 sebesar 0,3% dibanding proyeksi sebelumnya, menjadi 7,6%.

Pertumbuhan permintaan jet fuel di India dan Tiongkok yang diakibatkan oleh peningkatan jumlah penumpang pesawat domestik secara signifikan.

Serta peningkatan impor minyak mentah China sebesar 500 ribu barel per hari yang dipengaruhi peningkatan impor oleh kilang swasta China.(RI)