JAKARTA – Pengembangan lapangan Abadi di Blok  Maselay lama dinantikan akhirnya mulai kembali menggeliat. Pemerintah melalui Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) bersama dengam Inpex akhirnya menandatangani Head of Agreement (HoA).

Moch Nunung Kurniawan, Senior Specialist Media Relation Inpex Masela, Ltd. mengungkapkan  HoA yang baru saja ditandatangani menjabarkan prinsip-prinsip dasar pengembangan proyek Liquefied Naturanl Gas (LNG) lapangan Abadi di Masela yang selanjutnya  dituangkan dalam revisi rencana pengembangan (Plan of Development/PoD).

Nunung menjelaskan HoA berisi  beberapa ketentuan,m saja jangka waktu kontrak atau Production Sharing Contract (PSC period), kondisi keuangan (financial condition), estimasi biaya (cost estimation) ,danb kesepakatan lain yang telah disepakati bersama sebelumnya antara Inpex dan otoritas pemerintah Indonesia untuk mendapatkan keekonomian proyek yang memadai.

“Setelah HoA ini, Inpex akan mempersiapkan serangkaian dokumen yang diperlukan untuk penyerahan revisi PoD,” kata Nunung kepada Dunia Energi di Jakarta, Minggu  (16/6).

Inpex  akan mengikuti prosedur yang diperlukan selanjutnya dan secara resmi segera memasukkan atau menyerahkan revisi PoD ke otoritas Pemerintah Indonesia.

Bersamaan dengan penyerahan dokumen revisi PoD ke pemerintah Indonesia, Inpex kata Nunung, juga berencana mengajukan perpanjangan kontrak 20 tahun dan amandemen PSC.

“Dan Kami mengharapkan proses persetujuan pemerintah Indonesia berjalan lancar setelah kami menyerahkan revisi PoD,” ujarnya.

Setelah revisi PoD disetujui, Inpex akan melanjutkan ke tahap pekerjaan FEED (Front End Engineering Design) atau desain detail berdasarkan revisi PoD tersebut.

Pemerintah  mengklaim biaya yang telah disepakati dengan kontraktor untuk pengembangan proyek antara US$18iliar- US$ 20 miliar. Nunung menjelaskan untuk kepastian biaya investasi baru bisa dipastikan setelah proses FEED rampung dilakukan.

Berdasarkan hasil pre-FEED, revisi PoD akan memuat estimasi biaya yang kompetitif dibandingkan dengan proyek LNG lain yang sejenis.

“Yang pasti kami, melalui Pre-FEED, telah menghitung cost estimate (estimasi biaya) dan menggunakannya sebagai dasar untuk membuat revisi PoD. Kami akan membuat cost estimate yang lebih akurat melalui pekerjaan FEED sebelum masuk ke Final Investment Decision (FID) atau Keputusan Akhir Investasi,” kata Nunung.

Sementara itu, salah satu insentif yang rencananya diberikan pemerintah pada proyek Masela adalah  tingkat pengembalian investasi (Internal Rate of Return/IRR) yang diperkirakan mencapai 15%.

Nunung menjelaskan pada tahap sekarang, masih banyak pekerjaan yang perlu diselesaikan sebelum memasuki FID sehingga belum bisa berkomentar tentang keekonomian proyek.

“Berkat framework yang telah didapat melalui diskusi yang konstruktif dengan pemerintah Indonesia, kami percaya saat ini proyek Abadi adalah proyek LNG yang cukup kompetitif dalam kaitannya dengan proyek lain dan norma yang berlaku secara internationa,” kata Nunung. (RI)