JAKARTA– Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB) mendorong agar direksi anak perusahaan PT Pertamina (Persero), badan usaha milik negara di sektor energi terintegrasi, diisi dari intern Pertamina, menurut Ketua Federasi. Pencopotan direktur utama PT Pertamina Power Indonesia (PPI) Ginanjar Sofyan diharapkan tidak menimbulkan politik dagang sapi karena FSPPB akan masalah tersebut dengan saksama.

“Kami sudah dengar perihal pencopotan Dirut PPI dan itu benar. Namun pergantian Direksi PPI sepenuhnya hak pemegang saham dalam hal ini direksi Pertamina,” ujar Arie Gumilar, Pesiden FSPPB kepada Dunia-Energi, Minggu (3/11).

Arie mengaku dia mendapatkan kabar bahwa Ginanjar Sofyan berseteru dengan Marubeni, anggota konsorsium proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap Jawa 1 di Cilamaya, Karawang. Namun, permasalahan intinya belum dia dalami. “Masa berlakunya black list Marubeni sudah terlewati sehingga bisa dipilih kembali, Tetapi kalau malah bikin kisruh, Pertamina bisa saja kembali mem-black list,” katanya.

Dia menjelaskan, pergantian manajemen dalam perusahaan itu hal biasa, tidak terlalu berdampak terhadap proyek. Proyek PLTGU Jawa 1 tetap jalan. “Kami yakin teman-teman di PPI masih komit, InSya Allah,” katanya.

Direksi Pertamina telah resmi mencopot Ginanjar Sofyan dari jabatan Direktur Utama PPI. Surat pemberhentian Ginanjar pun sudah diteken Direksi PT Pertamina (Persero) belum lama ini. Dalam surat yang sama, tertulis juga Ginanjar dibebastugaskan dari jabatan Dirut Konsorsium PLTGU Jawa-1.
Pencopotan tersebut diduga terkait “perseteruan” Ginanjar dengan Marubeni, perusahaan Jepang yang jadi mitra PPI di proyek PLTGU Jawa 1 berkapasitas 1.760 megawatt yang dibangun di Cilamaya, Kabupaten Karawang.

Pencopotan Ginanjar dipertanyakan sementara kalangan karena sarjana ekonomi dari Universitas Padjadjaran itu memiliki kinerja sangat baik. Hal itu terbukti dari kemampuannya menjaring investor luar terutama Jepang, dan mengelola menjadi mitra PPI dalam konsorsium, serta mengelola lebih dari 20 partners pendukung domestik dan internarional dalam pengembangan PLTGU Jawa 1. Ginanjar juga dalam waktu cepat (14 bulan) berhasil melakukan financial close dengan lenders yang dipimpin oleh Japan Bank for International Cooperarion (JBIC).

Pencopotan Ginanjar juga nilai terkait sikap yang bersangkutan berseberangan dengan Marubeni. Perusahaan asal Jepang itu dinilai tidak mengedepankan etika bisnis, isu tingkat kandungan dalam negeri (TKDN), serta efisiensi biaya proyek, dan perrgantian operator FSRU dari Belgia (Exmar) oleh Perusahan Jepang lainnya (Mitsui OSK Line/MOL).

PLTGU Jawa 1 berkapasitas 1.760 megawatt (MW) ditargetkan mulai beroperasi komersial pada akhir 2021. PLTGU Jawa 1 merupakan proyek pembangkit terintegrasi dengan Floating Storage Regasification Unit (FSRU).

Pembangunan kapal FSRU Jawa 1 juga telah dimulai di galangan kapal Samsung Heavy Industries Busan, di Korea Selatan. Kapal FSRU memiliki kapasitas kargo penyimpanan liquefied natural gas (LNG) sebesar 170.150 m3 dengan kapasitas unit regasifikasi 300 MMSCFD.

Kapal FSRU Jawa 1 direncanakan selesai pada Desember 2020 dan direncanakan memasuki perairan Indonesia pada pertengahan Januari 2021. Total investasi proyek PLTGU Jawa 1 mencapai US$1,8 miliar. Sebesar US$300 juta-US$400 juta di antaranya untuk FSRU. (RA)