JAKARTA-Pemerintah mengapresiasi rencana PT Bukit Asam Tbk (PTBA), anak usaha PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) di sektor pertambangan batubara, yang akan mengembangkan industri hilirisasi batu bara. Ignasius Jonan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, mengatakan jika industri hilirisasi sudah berjalan, salah satu produknya, yakni Dimethyl Ether (DME), bisa menggantikan LPG.

“Selain itu, dengan menggunakan DME, impor LPG dapat dikurangi karena dalam setahun, impor LPG Indonesia sekitar 4,5 – 4,7 juta ton. Ini penting sekali bawa DME ini bisa menggantikan LPG, supaya impor LPG kita bisa berkurang,” ujar Jonan saat mencanangkan industri hilirisasi batu bara Bukit Asam di Tanjung Enim, Sumatera Selatan, Minggu (3/3). Hadir dalam kesempatan tersebut Menteri BUMN Rini Soemarno dan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto.

Bukit Asam dan beberapa perusahaan, termasuk PT Pertamina (Persero), akan mengembangkan pabrik gasifikasi batu bara kalori rendah menjadi syngas,
pabrik pengolahan syngas menjadi dimethyl ether (DME), pabrik pengolahan syngas menjadi urea untuk menghasilkan pupuk, dan pabrik pengolahan syngas menjadi polypropylene yang digunakan untuk bahan baku plastik.

Jonan menjelaskan uang yang dikeluarkan untuk melakukan impor LPG tidak sedikit, yaitu mencapai sekitar Rp 40 triliun per tahun. Untuk itu, Jonan meminta kepada Bukit Asam memanfaatkan peluang untuk memaksimalkan produksi DME dengan skala besar.

“Gini deh, coba yang gampang, bikin target satu juta ton mengurangi impor LPG, bisa di mix (campur) juga dengan LPG, mungkin 25% DME atau 50% nantinya,” ujar Jonan seperti dikutip dari laman Kementerian ESDM.

Pencanangan industri hilirisasi batubara ini merupakan kelanjutan dari Head of Agreement (HoA) antara Bukit Asam, Pertamina, Pupuk Indonesia, dan PT Chandra Asri Petrochemical untuk pembangunan Coal to Chemical pada 8 Desember 2017. Dengan nilai investasi sebesar US$3,1 miliar, target proyek tersebut rampung dalam tempo tiga tahun ke depan atau pada 2022. (RA)