JAKARTA – Dunia benar-benar memasuki era transisi energi. Ini ditandai dengan mulai terlihatnya transformasi perusahaan-perusahaan energi yang berbondong-bondong terjun ke bisnis baru, bisnis Energi Baru Terbarukan (EBT).

Sebagai perusahaan energi yang memiliki tiga lini bisnis sekaligus terdiri dari minyak dan gas bumi (Migas), kelistrikan dan tambang mineral, MedcoEnergi tidak serta merta gamang dan mengikuti perubahan tren secara drastis. Medco konsisten dalam mengembangkan bisnis intinya yaitu bisnis migas. Ini tidak lepas dari strategi pemerintah yang menjadikan gas sebagai energi alternatif di era transisi energi. Sebagai informasi dari rata-rata produksi migas sekitar 160 ribu barel oil equivalent per day (BOEPD), 80% diantaranya adalah gas dan sisanya baru produksi minyak.

Ridho Wahyudi, Capital Market Manager MedcoEnergi, mengungkapkan migas jelas masih mempunyai peran penting di era transisi energi termasuk bagi industri petrokimia dan pembangkit listrik, terutama di kawasan Asia Tenggara.

Dia menjelaskan Medco tidak setengah-setengah dalam menjalankan bisnis migas yang bisa dilihat dari realisasi penambahan cadangan migas yang terus tumbuh setiap tahun.

Hal menariknya adalah setiap tahun produksi migas Medco juga terus tumbuh. Sehingga menjadi seimbang antara penambahan produksi dan penambahan cadangan. Tahun 2018 rata-rata produksi migas 85 ribu BOEPD. Sementara tahun 2023 sudah mencapai 160 ribu BOEPD atau dua kali lipat.

Berdasarkan data perusahaan hingga tahun 2018 atau dalam lima tahun terakhir jumlah cadangan terus bertambah yang ditandai terjaganya economic life perusahan di angka sekitar 10 tahun. Tahun 2018 2P atau cadangan terbukti sebesar 281,7 juta barel oil equivalent (BOE) dengan economic life 10,7 tahun. Sementara hingga tahun 2023 jumlah cadangan terbuktinya mencapai 538,8 juta (BOE) dengan economic life selama 10,6 tahun.

Sumber : MedcoEnergi

“Kekayaan perusahaan minyak cadangan migas, kalau punya cadangan migas besar kelangsungan panjang. Cadangan 2P Medco ada 281,2 juta tahun 2018. Tahun 2023 di level 539 juta jadi double. Produksi mamu 2x cadangan naik 2 kali ini sebabkan usia cadangan selama lima tahun tetap sama. Logika umum minyak energi bukan terbarukan logikanya pasti turun,” jelas Ridho dalam peparannya di booth MedcoEnergi disela Indonesia Petroleum Association (IPA) Convention and Exhibition (Convex) 2024 di ICE BSD, Tangerang, Selasa (14/5).

Salah satu jurus sukses Medco untuk menjaga pertumbuhan cadangan serta produksi migas adalah dengan akuisisi aset yang kompleks dan memiliki margin produksi tinggi serta memberikan nilai tambah dan reserves life melalui efisiensi operasi, pengembangan cepat, dan eksplorasi berisiko rendah. Akuisisi 20% hak partisipasi di Blok 60 dan 48, Oman yang dilakukan pada Desember 2023, membuka potensi sentra baru untuk produksi berbiaya rendah, sekaligus meningkatkan produksi. Sebelumnya dalam empat tahun kebelakang ada dua akuisisi aset dilakukan Medco yakni pada 2019 akuisisi Ophir serta tahun 2022 menuntaskan akuisisi blok Corridor dari ConocoPhillips. Akuisisi yang dilakukan tersebut sukses menambah cadangan sebesar 240 juta BOE.

Ridho Wahyudi, Manager Capital Market MedcoEnergi saat paparan disela IPA Convex 2024 (Foto/Dok/Dunia Energi)

Saat ini ada 13 aset yang dikelola Medco di Indonesia, yang mendukung ketahanan energi tanah air. Selain di Indonesia ada aset juga di Oman sebanyak dua blok migas, lalu ada satu blok di Thailand. Serta ada aset eksploitasi Tanzania dua blok dan Libya satu blok. Satu blok produksi di Yaman, serta satu blok eksplorasi di Meksiko.

Ridho menuturkan Medco terus mencari peluang untuk menambah aset. Dalam menjalankan strategi itu ada beberapa kriteria aset yang harus dipenuhi jika memang akan dipinang oleh manajemen Medco kedepannya.

“Kriterianya aset-aset yang sudah produksi, dengan high margin, paling penting familiar dengan aset tersebut dan familiar kelola aset itu,” ungkap Ridho.

Namun demikian keahlian Medco menurut Ridho tidak hanya untuk urusan akuisisi. Dalam penambahan cadangan terbukti ternyata ada juga andil pengelolaan aset eksisting Medco yakni mencapai 215,5 juta BOE. Untuk tahun ini saja Medco cukup sibuk menjalankan berbagai program produksi.

Tahun 2024 bakal diwarnai banyak kegiatan pemboran. Untuk di Corridor sudah ada 2 rig, Kemudian di Natuna 1 rig siap melakukan pemboran. Selain itu di Senoro rencananya juga akan dikembangkan dan masuk ke fase 2. Sudah ada 1 rig yang bersiap. Kemudian kegiatan di aset yang ada di luar negeri juga tidak ketinggalan. Kemudian di thailand, aset akuisisi juga ada 4 rig.

“Medco ahli kembangkan aset sendiri, addition (tambahan cadangan) kemampuan Medco develop aset sendiri ini yang sebabkan reserve Medco naik 2x lipat level produksi juga naik,” ujar Ridho.

Fokus dalam bisnis energi fosil membuat Medco juga tidak tinggal diam dan sukses menekan emisi karbon hingga 22% pada tahun 2023. Realisasi ini lebih cepat 2 tahun dari rencana yang sebelumnya sudah dicanangkan. Total sepanjang tahun 2023 MedcoEnergi sukses pangkas emisi setara 147.963 ton setara CO2.

Sementara dalam bidang keberlanjutan atau ESG, MedcoEnergi berpedoman pada visi dan kebijakan Perseroan, yang mencakup Strategi Keberlanjutan, Perubahan Iklim dan Transisi Energi. “Pencapaian Perseroan telah mendapatkan pengakuan positif dari lembaga pemeringkat ESG Inrernasional. Pada 2023, skor Sustainalytics untuk risiko ESG kembali membaik menjadi 29,6 (risiko sedang) dari 36,7 (risiko tinggi). Perseroan juga mempertahankan peringkat A untuk ESG dari MSCI dan peringkat B dari CDP,” jelas Ridho.

Ariana Soemanto, Direktur Pembinaan Program Hulu Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), menyambut baik langkah Medco yang dinilai cukup konsisten dalam berinvestasi di sektor hulu migas bahkan masuk dalam jajaran tiga besar produksi gas nasional setelah BP dan Pertamina.

“Kita dorong agar Medco makin intens untuk eksplorasi termasuk perbanyak joint study untuk penyiapan blok migas maupun partisipasi dalam lelang reguler blok migas. Dalam 2-3 tahun terakhir Pemerintah telah membuat mekanisme penyiapan blok migas makin menarik,” jelas Ariana kepada Dunia Energi.

Sementara itu Tutuka Ariadji, Guru Besar Teknik Pertambangan dan Perminyakan Institut Teknologi Bandung (ITB) yang juga mantan Dirjen Migas, Kementerian ESDM kepada Dunia Energi menilai strategi Medco untuk tetap fokus bahkan agresif di bisnis hulu migas sudah tepat. “Medco mempunyai sejarah panjang sebagai perusahaan swasta, mempunyai tradisi dan budaya yang lebih agresif dibanding perusahaan nasional lainnya,” ungkap Tutuka.

Lebih lanjut dia menuturkan peluang untuk berinvestasi di Indonesia juga makin cerah dengan terus adanya kabar gembira dari berbagai penemuan cadangan dalam jumlah besar. “Peluang melalukan investasi di industri migas masih cukup cerah dengan adanya penemuan-penemuan baru dan lapangan tua yg dipindah alihkan serta harga minyak yang termasuk tinggi. Ke depan program seismik yang akan dilakukan oleh KKKS akan lebih banyak,” jelas Tutuka.