JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memperkirakan penyaluran subsidi gas LPG 3 kilogram hingga akhir 2019 mencapai Rp44,16 triliun, jauh dibawah alokasi yang dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2019 sebesar Rp75,22 triliun.

Ignasius Jonan, Menteri ESDM, mengatakan penyaluran LPG hingga Mei sebesar 2,804 juta metric ton (MT) dengan nilai subsidi mencapai Rp19,2 triliun. Rendahnya subsidi disebabkan harga patokan CP Aramco antara Januari sampai Juli sebesar US$461,17 per MT dan kurs rata-rata hingga Juni Rp 14.124 per dolar AS.

“Mengenai LPG 3 kg, Januari – Mei Rp19,2 triliun.  Untuk Juni – Juli angkanya Rp6 triliun lebih. Januari – Mei subsidi Rp4 triliun per bulan rata rata,” kata Jonan di Jakarta, Senin (15/7).

Menurut Jonan, pergerakan harga patokan CP Aramco pada tahun ini lebih rendah. Harga propane dan buthane sepanjang Juni dan Juli turun jauh dibanding tahun lalu. Untuk Juli propane sebesar US$ 375 dan buthane US$ 355. Pada Juni 2019,  propane sebesar US$430 dan buthane US$ 415 per MT. Padahal tahun lalu diperiode yang sama rata-rata mencapai US$500-an per MT.

Dengan kondisi tersebut untuk rerata penyaluran subdisi LPG pada Juni – Juli sebesar Rp3 triliun per bulan. Untuk perkiraan Agustus – September, tercatat di bawah Rp3 triliun per bulan atau Rp2,75 triliun per bulan.

Kendati nilai subsidi yang akan disalurkan menurun, namun vplume LPG 3kg subsidi diperkirakan tidak akan berubah dan hingga akhir 2019 mencapai 6,852 juta MT.

Djoko Siswanto, Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM, mengatakan kendati ada penurunan penyaluran subsidi, harga jual di masyarakat tidak berubah. Harga LPG 3 kg di masyarakat saat ini Rp4.250 per kg. “Jadi istilahnya dengan begitu menghemat subsidi hingga Rp30 triliun kan itu,” kata dia.

Nicke Widyawati, Direktur Utama PT Pertamina (Persero), mengatakan penyaluran subsidi LPG kg tetap sesuai perkiraan. “Enggak masalah apa-apa untuk kami, volumenya kan tetap,” katanya.(RI)