JAKARTA – Harga minyak dunia berpotensi melanjutkan penguatan seiring peningkatan faktor risiko geopolitik. Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) akan bergerak ke level US$76 per barel, jika level US$75 per barel berhasil ditembus.

Penurunan produksi Venezuela, penangguhan ekspor minyak Libya, dan ekspektasi penurunan pasokan dari Iran pasca sanksi AS memicu spekulasi penurunan pasokan minyak global. Walaupun harga minyak mungkin menguat di jangka pendek, prospek kenaikan produksi OPEC dapat menghalangi bulls.

“Kita perlu mengetahui bahwa produksi minyak serpih AS telah melonjak ke rekor level tertinggi sedangkan permintaan terancam menurun karena ketegangan perdagangan global,” kata Lukman Otunuga, Research Analyst FXTM, Rabu (4/7)

Kekhawatiran oversuplai yang masih berlanjut, kenaikan produksi dari OPEC dan minyak serpih AS, serta masalah perang perdagangan dapat berpengaruh negatif pada harga minyak. Dari aspek teknis, WTI tetap bullish di grafik harian.

Harga minyak ditutup lebih tinggi pada Selasa (Rabu pagi WIB). Sempat menembus level US$75 per barel untuk pertama kalinya dalam lebih dari tiga tahun, harga minyak kembali berbalik negatif dan kemudian ditutup turun.

Penguatan harga minyak pada awal sesi akibat kekhawatiran pasokan, kemudian turun karena para pedagang mengambil keuntungan menjelang liburan Hari Kemerdekaan Amerika Serikat, 4 Juli.

Harga patokan AS, minyak mentah WTI untuk pengiriman Agustus meningkat US$0,2 ke level US$74,14 per barel di New York Mercantile Exchange. Minyak mentah AS “rebound” dari terendah sesi pada US$72,73 barel.

Patokan global, minyak mentah Brent untuk pengiriman September naik US$0,46 ke level US$77,76 per barel di London ICE Futures Exchange.(AT)