JAKARTA – Perkembangan energi baru terbarukan (EBT) panas bumi tidak kunjung membaik, bahkan makin terpuruk. Hal itu ditandai dengan tidak adanya peminat dalam lelang Wilayah Kerja Panas Bumi.

Ida Nurhayatin Finahari, Direktur Panas Bumi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengungkapkan pada lelang tahun ini pemerintah sudah melakukan perpanjangan masa penawaran, tapi tetap tidak ada peminat.

“Enggak ada peminat (lelangnya). Kalau 2019 sudah selesai (lelangnya),” kata Ida ditemui di Jakarta, Kamis (12/12).

Lelang panas bumi sedianya berakhir pada 13 November 2019. Lantaran sepi peminat, pemerintah kemudian memperpanjang masa lelang hingga 9 Desember.

Ada tiga WKP panas bumi yang dilelang yakni Gunung Wilis, Gunung Galunggung, dan Lainea. WKP Gunung Wilis yang terbentang di Kabupaten Nganjuk, Kediri, Tulungagung, Ponorogo, dan Madiun di Jawa Timur, memiliki cadangan mungkin sebesar 50 Megawatt (MW). Rencananya, WKP panas bumi ini akan dikembangkan dengan skema total project atau hingga pembangunan pembangkit listrik dengan kapasitas pengembangan 2×10 MW.

Selanjutnya, WKP Gunung Galunggung di Kabupaten Tasikmalaya, Garut, dan Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, diperkirakan mempunyai cadangan mungkin 130 MW. Nantinya, blok panas bumi ini akan dikembangkan dengan skema total project dan kapasitas 55 MW. Terakhir, WKP Lainea di Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara memiliki cadangan mungkin 66 MW. Rencana pengembangan WKP ini juga dengan skema total project dan kapasitas 2×10 MW.

Menurut Ida, lelang panas bumi kali ini tidak diminati lantaran harga listrik panas bumi sesuai Peraturan Menteri ESDM Nomor 50 Tahun 2017 dinilai pelaku usaha tidak menarik.

“Harganya kurang menarik karena pakai Permen 50/2017. Jadi mereka masih menunggu rancangan policy yang baru. Itu alasannya,” kata Ida.(RI)