JAKARTA – Lapangan Gundih mulai mengalirkan gas ke Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Tambak Lorok, menggantikan gas yang biasa dialirkan dari Lapangan Kepodang, blok Muriah. Meskipun sudah dialirkan, volume gasnya sebenarnya masih jauh dari kebutuhan pembangkit.

“Saat ini, dari hulu ada pasokan dari Gundih dan ke depannya, mereka juga akan menyerap dari Jambaran Tiung Biru. Alokasi gundih kalau tidak salah 50 juta kaki kubik per hari (MMSCFD),” kata Wisnu Prabawa Taher, Kepala Divisi Program dan Komunikasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), di Jakarta, Senin (30/9).

Wisnu mengatakan kontrak penyaluran gas Gundih ke Tambak Lorok hingga 2024. Nantinya pasokan gas ke pembangkit juga akan berasal dari Lapangan Jambaran Tiung Biru (JTB) yang dikerjakan PT Pertamina EP Cepu (PEPC). Proyek tersebut ditargetkan bisa selesai pada 2021. “Gundih itu kalau tidak salah sampai 2024. Nanti JTB pun akan masuk ke Tambak lorok,” tukas Wisnu.

Penurunan produksi dari Lapangan Kepodang sudah disampaikan Petronas sejak beberapa tahun lalu. Pada 2016, Petronas menyalurkan gas sebesar 90,37 juta kaki kubik per hari (MMSCFD), kemudian anjlok pada 2017 menjadi hanya 75,64 MMSCFD. Padahal minimal volume gas yang disalurkan sebesar 104 MMSCFD untuk lima tahun pertama. Sementara dalam kontrak kapasitas yang seharusnya disalurkan volumenya sebesar 116 MMSCFD.

Pada 23 September 2019 jam 23.59 WIB, Petronas Carigali Muriah Ltd (PCML) melakukan penghentian pasokan gas dari Lapangan Kepodang. SKK Migas  sudah menerima laporan penghentian gas tersebut dan langsung meminta para pihak segera menyelesaikan proses legal yang masih tersisa.

“Secara operasi penyaluran selesai pada 23 September 2019. Penyelesaian berikutnya sedang diselesaikan antara Petronas dan stakeholder terkait B to B. Penyelesaian penyaluran juga sudah disetujui oleh PLN (buyer),” kata Wisnu.(RI)