JAKARTA– Kinerja PT Darma Henwa Tbk (DEWA), emiten jasa pertambangan, diproyeksikan membaik seiring keterlibatan perusahaan pada bisnis jasa penambangan mineral. Belum lama berselang, Darma Henwa berhasil memenangi lelang pekerjaan infrastruktur, penambangan, dan pengolahan emas di Arinem, Garut, Jawa Barat, milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM).

Pengerjaan proyek tambang emas Arinem ini dimulai awal Desember 2019 dan ditargetkan selesai dalam waktu lima bulan.

Wisnu Wahyudin, Chief Operation Officer Non-Coal Darma Henwa, mengatakan proyek infrastruktur, penambangan, dan pengolahan emas tersebut memilki investasi Rp14,7 miliar. Jumlah volume kontrak pertambangan sebesar 95.000 bcm, terdiri atas 67.000 bcm waste dan 28.000 bcm ore dengan 60% pemulihan untuk menjadi emas.

“Dengan capaian diraihnya pekerjaan ini, diharapkan menjadi pintu masuk Perseroan untuk dapat mengerjakan tahapan produksi selanjutnya di proyek penambangan emas Arinem,” ujar Wisnu dalam keterangan tertulisnya.

Wisnu menyebutkan Darma Henwa saat ini dalam proses mendapatkan beberapa proyek potensial lainnya dari bisnis non-batubara, antara lain proyek pengerjaan pre-mining dan earthworks di penambangan seng dan timah di Dairi, Sumatra Utara dan proyek pengerjaan road construction pada tambang emas di Tombulilato, Blok Sungai Mek, Provinsi Gorontalo. Selain itu, proyek pembangunan infrastruktur, drilling exploration, dan aktivitas penambangan emas di Palu, Sulawesi Tengah.

Hingga kuartal III 2019, Darma Henwa berhasil membukukan laba bersih sebesar US$ 1,19 juta, naik 44,32% dibandingkan periode sama pada tahun sebelumnya sebesar US$ 826.192. Muksin Arif Rosyadi, Corporarte Secretary Darma Henwa, menjelaskan, kenaikan tersebut ditopang dari meningkatnya volume produksi serta efisiensi perseroan. Adapun laba bruto (gross profit) perseroan naik sebesar 64% menjadi US$ 17,31 juta dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 6,6 juta.

Kenaikan laba perusahaan juga didorong peningkatan pendapatan 25,97% dari US$ 188,86 juta menjadi US$ 237,92 juta. Mayoritas pendapatan perseroan berasal dari jasa kontraktor batubara yakni tambang batubara Bengalon di Provinsi Kalimantan Timur yang dimiliki PT Kaltim Prima Coal, yang memberikan pendapatan US$ 165,09 juta. Kemudian, tambang batubara Asam Asam di Provinsi Kalimantan Selatan milik PT Arutmin Indonesia tercatat US$ 60,84 juta. Selain itu, tambang batubara Satui di Provinsi Kalimantan Selatan yang dikelola klien perseroan lainnya kemudian PT Cakrawala Langit Sejahtera, menyumbang pendapatan US$ 10,22 juta.

Hingga akhir September 2019, Coal Delivery perseroan mencapai 11,44 juta ton tumbuh 22,08% dari 9,37 juta ton di periode yang sama tahun lalu. Overburden pun naik 9,13% dari 75,77 juta Bcm ke posisi 82,7 juta Bcm. Selain itu, rasio pengupasan (stripping ratio) pada tiga tambang batubara yang digarap perseroan berkisar antara 5,59 dan 8,46. (RA)