JAKARTA – Conrad Petroleum Ltd telah menemukan lebih banyak potensi perkiraan cadangan gas Lapangan Mako, Blok Duyung. Temuan tersebut telah diverifikasi oleh Gaffney Cline and Associates (GCA). Miltos Xynogalas, CEO Conrad, mengungkapkan tambahan potensi perkiraan cadangan tersebut diperoleh setelah pengeboran eksplorasi rampung pada akhir 2019 lalu.

“Hasil audit GCA sangat memuaskan, bukan hanya karena mereka mengkonfirmasi sumber daya besar dari Lapangan Mako, tetapi juga karena mereka mendukung pekerjaan teknis berkualitas tinggi yang dilakukan Conrad,” kata Miltos, Jumat (29/5).

Menurut Miltos, selama tiga tahun terakhir, Conrad telah mengebor tiga sumur yang sukses dan melakukan sejumlah studi teknis yang menghasilkan data sangat bagus untuk persiapan pengembangan lapangan. Hal ini adalah pencapaian luar biasa bagi perusahaan yang relatif muda seperti Conrad mampu mengidentifikasi dan menghasilkan hampir 0,5 Tcf sumber daya gas di Mako, sumber daya yang terletak dekat dengan infrastruktur yang ada dan pasar gas yang mapan.

“Perusahaan sekarang diposisikan untuk membawa proyek ke FID, yang berikutnya dan sangat kritis tonggak sejarah dalam peta jalan kami menuju produksi,” kata Miltos dalam keterangan tertulisnya.

Dalam hasil audit GCA 22 Mei 2020 tersebut jumlah perkiraan sumber daya di lapangan Mako meningkat cukup signifikan jika dibandingkan dengan Januari 2019. Jumlah perkiraan sumber daya 1C semula sebesar 184 Bcf menjadi 287 Bcf atau meningkat 56%. Kemudian 2C juga meningkat signifikan sebesar 79% dari 276 Bcf menjadi 495 Bcf. Lalu 3C juga dari sebelumnya 392 Bcf meningkat 108% menjadi 817 Bcf.

Volume gas diharapkan untuk ditingkatkan menjadi cadangan ketika tonggak pencapaian komersial tertentu tercapai, termasuk pelaksanaan penjualan gas perjanjian dan keputusan investasi akhir (Final Investment Decision/FID).

Blok Duyung berada di Provinsi Riau dengan luas area mencapai 890 Km2. Pengembangan Blok Duyung dinilai prospektif dari sisi keekonomian karena dekat dengan fasilitas gas  West Natuna Transportation System (WNTS) yang menjadi fasilitas pengangkut gas ke Singapura dengan volume 0,4 Bcf.

Conrad tidak sendiri dalam mengelola Blok Duyung. Perusahaan asal Singapura itu memiliki saham sebesar 76,5% kemudian Coro Energy Plc and Empyrean Energy Plc masing-masing memiliki saham sebesar 15% dan 8,5%.

Conrad mengelola Blok Duyung melalui anak usahanya West Natuna Exploration Ltd. yang juga telah merubah skema kontraknya menjadi gross split pada tahun lalu. Kontrak Blok Duyung sebelumnya ditandatangani pada 16 Januari 2007 menggunakan skema bagi hasil cost recovery. Perubahan skema sendiri tidak merubah masa kontrak yang akan berakhir pada 16 Januari 2037. Conrad Petroleum sudah menyiapkan rencana investasi  sebesar US$150 juta dan menargetkan gas akan menyembur paling lambat 2022.(RI)