JAKARTA – Kabar kurang sedap datang dari Blok Sakakemang. Blok migas yang dioperatori oleh Repsol, perusahaan asal Spanyol itu sempat jadi perbincangan atas temuan potensi cadangan gas cukup besar diawal tahun 2019 lalu. Namun setelah melakukan tiga kali pemboran eksplorasi guna memastikan cadangan, ternyata jumlahnya tidak seperti yang diharapkan. Bahkan hasilnya membuat evaluasi mendalam pengembangan blok Sakakemang harus dilakukan.

Taslim Z Yunus, Sekretaris Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), mengungkapkan gas di blok Sakakemang belum bisa diproduksikan meskipun Plan of Development (PoD) telah diberikan pemerintah sejak tahun 2020 lalu. Salah satu alasannya adalah berdasarkan dari hasil pengecekan jumlah cadangannya ternyata dibawah perkiraan.

“Sakakemang belum gasnya sampai sekarang diproduksikan sampai sekarang padahal PoD sudah disetujui. Infonya jumlah cadangan sedikit jadi lagi dievaluasi dulu,” kata Taslim kepada Dunia Energi, Kamis (12/5).

Taslim menjelaskan evaluasi harus dilakukan untuk memastikan keekonomian pengembangan blok Sakakemang. “Sedang dievaluasi apakah masuk keekonomiannya dengan jumlah cadangan yang ada,” ungkap dia.

Julius Wiratno, Deputi Operasi SKK Migas, memgakui evaluasi memang sedang dilakukan Repsol bersama dengan tim dari perencanaan SKK Migas. “Masih sedang dievaluasi oleh teman-teman Perencanaan. Saya belum tahu detailnya,” ujar Julius.

Berbagai tantangan memang datang sejak Repsol pertamakali mengumumkan temuan potensk cadangan migas di Sakakemang. Saat diumumkan Konsorsium Repsol dan Petronas melalui anak perusahaannya, PC Sakakemang BV bersama Mitsui Oil Exploration Co. Ltd mengklaim telah menemukan potensi giant discovery di sana yang kala itu ditaksir mencapai 2 Triloun Cubic Feet (TCF).

Terakhir jumlah cadangan Sakakemang dikembangkan akhirnya hanya sekitar 0,5 TCF yang diketahui melalui sumur KBD 2X. Repsol kemudian melakukan pengeboran eksplorasi sumur KBD 3X dimana hasilnya juga kurang menggembirakan sehingga SKK Migas dan Repsol harus mengevaluasi lagi pengembangan blok Sakakemang.

Beberapa tantangan yang sempat menghadang pengembangan Sakakemang diantaranya harga gas hingga ketersediaan konsumen gas. Repsol Group melalui afiliasinya, Talisman Sakakemang BV, telah menandatangani nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) dengan PT Perusahaan Gas Negara Tbk untuk pasokan gas dari Blok Sakakemang. MoU tersebut berlaku sejak 12 Juli 2019 dan akan ditindaklanjuti dengan penandatanganan Gas Sales Agreement (GSA) oleh para pihak.

Dalam perencanaan, gas blok Sakakemang akan diproduksikan bertahap. Tahap I rencananya gas diproduksikan sebesar 85 MMscfd. Repsol sendiri menyanggupi untuk menjual gas Sakakemang dengan harga US$7 per MMBTU, padahal aturan pemerintah gas untuk industri maupun pembangkit listrik maksimal US$6 per MMBTU.

Pemerintah akhirnya menyetujui rencana pengembangan (Plan of Development/PoD) I Lapangan Kaliberau, Blok Sakakemang pada 29 Desember tahun 2020.

Dalam persetujuan PoD I Lapangan Kaliberau pemerintah menyetuhui rencana Repsol untuk memproduksikan cadangan gas sebesar 445,10 BSCF (gross) hingga akhir economic limit pada 2038 atau 287,70 BSCF (sales gas) dengan laju produksi gas puncak sebesar 85 MMSCFD dan kumulatif produksi kondensat sebesar 0,17 MMSTB dengan laju produksi puncak sebesar 34 BCPD.

Biaya investasi untuk pengembangan lapangan tersebut diperkirakan akan mencapai US$282 juta, yang akan digunakan untuk re-entry sumur KBD-2XST1 menjadi sumur produksi; drilling & completion satu sumur infill sebagai sumur produksi, pembangunan wellpad facilities. Serta pembangunan sejumlah fasilitas pendukung produksi seperti flowline dari wellpad menuju eksisting Grissik Central Gas Plant (GCGP) di WK Corridor, melalui sebagian Right of Way (ROW) di WK Jambi Merang dan modifikasi peralatan eksisting dan pemasangan peralatan baru di GCGP.

Wilayah Kerja Sakakemang terletak di Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. Pada awalnya Kontrak Kerja Sama WK Sakakemang ditandatangani antara BP Migas dan Cakra Nusa Darma Ltd. pada 18 Mei 2010 untuk jangka waktu 30 tahun dengan masa eksplorasi enam tahun. (RI)