JAKARTA – Pemerintah terus mewaspadai kegamangan akan sumber daya mineral Nikel yang dalam beberapa tahun terakhir menjadi primadona di dunia lantaran posisinya sebagai bahan baku utama kendaraan maupun baterai kendaraan listrik. Indonesia selama ini dikenal sebagai pemasok utama nikel dunia. Apalagi Indonesia disebut-sebut memiliki 25% cadangan nikel dunia.

Pembangunan smelter secara besar-besaran dalam beberapa tahun terakhir juga terus digenjot bahkan jumlahnya berdasarkan rencana yang ada bisa mencapai 121 smelter.

Irwandy Arif, Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batubara, menyatakan pemerintah sudah melakukan ancang-ancang mengantisipasi euforia eksploitasi nikel yakni dengan bakal tidak akan diizinkan lagi pembangunan smelter baru.

“Saya berikan kondisi sekarang 160 juta ton bijih nikel diserap smelter, kalau jadi semua smelter tadi 450 juta ton Kebutuhan akibatnya jumlah cadangan nikel itu 5,5 miliar ton bisa bayangkan cadangan habis kalau eksplorasi dan penemuan baru enggak ada. Jadi ini cukup kritis,” kata Irwandy dalam workshop Peningkatan Kapasitas Media Sektor Minerba bertema “Creating Good News for a Better Minerals Sector” yang diselenggarakan Energy and Mining Editor Society (E2S), di Jakarta, Rabu (8/3).

Saat ini persiapan pembatasan kaya Irwandy masih dilakukan antar kementerian pembahasan dengan kementerian ESDM sudah dilakukan.

“Untuk masalah pembangunan smelter yang keberadaan pirometalurgi yang produksinya ke arah NPI dan Feronikel targetnya sedang menunggu data data secara pasti dilihat secara komprehensif mulai dari sumber daya cadangan smelternya,” ujae Irwandy. (RI)