JAKARTA – Generasi milenial di sektor usaha mikro dan kecil (UMK) banyak yang sukses mempertahankan bisnisnya selama pandemi. Selain faktor keteguhan niat dalam berusaha, kesuksesan tersebut ditopang oleh kolaborasi dan sinergi dengan pemerintah dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

“Dinas terkait atau pemerintah termasuk BUMN seperti Pertamina pasti support untuk memajukan UMK. Jadi, mari kita bersinergi,” tutur Septi Setiani, salah seorang generasi milenial pemilik Galery Sekar Jawi (13/8).

Dia sudah tiga tahun mengelola Galery Sekar Jawi yang memproduksi berbagai macam minuman tradisional dan kosmetik dari bahan herbal. Menurut dia, nama tersebut ada filosofinya. Sekar diambil dari Bahasa Jawa yang artinya lokal, sementara Jawi merujuk pada sebutan untuk Tanah Jawa. “Harapannya dari nama Sekar Jawi itu bisa menjadi brand lokal yang bisa mengangkat produk asli Jawa,“ katanya.

Bisnis tersebut dirintis Septi saat kuliah di Diploma II Jamu (D-II Jamu), Universitas Gadjah Mada (UGM). Di sana, dia mendapatkan ilmu tentang berbagai jenis jamu hingga cara memproduksinya. “Dari awal saya ingin punya produk yang sesuai dengan keilmuan. Selain itu, saya juga ingin melestarikan budaya karena jamu itu merupakan warisan budaya nenek moyang yang intangible yang saat ini sedang didaftarkan di UNESCO,” tuturnya.

Menurut Septi, dari zaman dahulu jamu sudah ada sejarahnya. “Karena saya dari Yogyakarta, maka saya ingin membuat produk jamu asli Yogyakarta. Saya belajar tentang jamu dari buku. Saya tidak punya keturunan pembuat jamu,” ungkapnya.

Merek awal bisnis yang diluncurkan Septi adalah Setia Sehati. Dia menciptakan satu produk yang namanya rempah mandi. “Itu produk pertama yang saya ciptakan. Itu herbal untuk mandi, berendam. Inspirasinya, waktu kuliah saya tinggal di Krapyak dan bertemu seorang bapak yang ingin pesan produk rempah mandi,” katanya.

Setelah lulus kuliah, Septi bekerja dan menjadikan usaha jamu sebagai sampingan. Namun, pada akhirnya dia memilih keluar dari pekerjaan dan fokus ke usaha jamu. “Setelah fokus, ternyata banyak kendala. Salah satunya adalah pendanaan,” ujarnya.

Septi mendapatkan pinjaman modal dari PUMK Pertamina sebesar Rp50 juta pada April 2019 sehingga bisnisnya tetap bertahan. “Pendaftarannya melalui online. Prosesnya cepat,” kata dia.

Saat ini, ungkap Septi, berkat bantuan Pertamina produk-produk Sekar Jawi sudah bisa masuk mal-mal besar di Yogya, Solo, dan Surabaya. “Pertamina juga mendorong kami untuk go digital.” tuturnya.

Bisnis Septi makin berkembang. Omzetnya mencapai Rp70-80 juta per bulan. Sayangnya, tak lama kemudian muncul pandemi COVID-19 yang menyebabkan omzetnya terpangkas hingga 30% dari sebelumnya. Rata-rata pendapatan Septi per bulan sepanjang 2020 hanya Rp25 juta.

“Tahun 2021 alhamdulillah ada peningkatan sekitar 50% rata-rata omzet per bulan, naik menjadi sekitar Rp40 juta,” tutur dia.

Septi masih memiliki impian untuk memiliki tempat lebih besar sebagai workshop Pojok Jamu Sekar Jawi yang dapat dikunjungi masyarakat umum. Tujuannya untuk edukasi tentang tanaman jamu, tanaman obat, dan cara pembuatannya. “Ini salah satu bentuk aware terhadap budaya. Saya ingin masyarakat tahu seluk beluk jamu. Siapa tahu bisa jadi sumber inspirasi untuk yang lain,” ungkapnya.

Brasto Galih Nugroho, Area Manager Comrel & Corporate Social Responsibility (CSR) Pertamina Regional Jawa Bagian Tengah (JBT), menuturkan Pertamina memiliki program pendanaan UMK yang dulu dikenal dengan nama program kemitraan. “Intinya ini adalah program pinjaman atau pembiayaan modal bagi UMK. Dari Pertamina memberikan modal sebesar 6% per tahun, bisa juga dengan sistem syariah. Pembiayaan tersebut digunakan utk modal kerja salah satunya seperti yang dilakukan oleh Mbak Septi dari Sekar Jawi,” ungkapnya.

Untuk mendapatkan pinjaman modal kerja, tutur Brasto, pelaku usaha UMK dapat mengakses ke situs www.genumkm.pertamina.com atau call center Pertamina 135. Pertamina akan melakukan survey terkait prospek usaha, agunannya dan lain-lain. “Perkembangan UMKM selama pandemi memang sangat berat. Mbak Septi tahun lalu sempat kami kunjungi, diskusi apa saja kendalanya. Kami melakukan pendampingan pada para mitra binaan yang terdampak pandemi agar bisa bangkit kembali. Alhamdulillah saat ini ekonomi sudah mulai tumbuh, semoga UMKM bisa terus tumbuh dan berkembang,” katanya.

Brasto berharap mitra binaan Pertamina bisa berkembang melesat jauh dan pinjaman pembiayaan tidak hanya diberikan satu kali. “Pinjaman disesuaikan dengan bisnisnya dan pembayaran angsuran. Yang penting pinjamannya atau pembiyaan jangan digunakan untuk kebutuhan konsumtif,” tuturnya.

Agung Pribadi, Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Kementerian ESDM, mengungkapkan program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) harus mengutamakan masyarakat yang berada di lokasi operasional perusahaan. Tujuannya agar perekonomian masyaraat yang ada di wilayah tersebut dapat ditingkatkan. “Perusahaan seperti Pertamina misalnya dapat membantu pemasaran. Jadi, keberadaan perusahaan bisa memberikan manfaat pada masyarakat,” kata Agung. (RI)