JAKARTA – Realisasi produksi minyak hingga kuartal III tahun 2022 masih belum memuaskan karena masih jauh dari target yakni 703 ribu barel per hari (BPH). Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) mencatat hingga September akhir atau sepanjang kuartal III, realisasi produksi hanya 613 ribu BPH atau 86,8% dari target.

Dwi Soetjipto, Kepala SKK Migas, membeberkan realisasi produksi yang belum capai target tidak lepas dari beberapa kondisi di lapangan yang menyebabkan penurunan produksi. Kondisi tersebut sudah terjadi sejak awal tahun ini sehingga memberikan dampak pada upaya untuk mencapai target produksi.

“Awal tahun masuk sudah tidak lebih tinggi dari yg direncanakan tadinya 660an ribu BPH tapi realisasi hanya 616 ribu BPH. Ini mulai naik tapi turun di bulan April,” kata Dwi disela konferensi pers di kantor SKK Migas, Senin (17/10).

Ada dua blok yang mengalami kejadian sehingga menyebabkan kehilangan produksi minyak cukup besar sepanjang kuartal III tahun ini yakni blok Cepu yang dioperatori oleh Exxon Mobil Cepu Limited (ECML) dan Offshore Southeast Sumatera (OSES) yang dikelola oleh Pertamina Hulu Energi OSES (PHE OSES).

Berdasarkan data SKK Migas terjadi insiden rusaknya pipa Exxon di lapangan Kedung Keris,Blok Cepu yang pengembangannya baru saja rampung beberap tahun lalu sehingga harus dilakukan perbaikan. Itu tentu berdampak pada penurunan produksi.

“Di bulan April kejadian paling besar EMCL, Kedung Keris pipeline tergeser harus diperbaiki setop 10 ribuan BPH. Kemudian sudah mulai lebih baik di Mei tapi belum selesai, mulai naik lagi di Juni,” ungkap Dwi.

Permasalahan fasilitas terus berlanjut, kali ini dialami oleh PHE OSES. Kebocoran pipa di blok OSES membuat PHE OSES harus menurunkan produksi minyaknya guna melakukan perbaikan. Sejak Juli hingga Oktober ini dilakukan perbaikan

“Juli mulai muncul kebocoran pipa di PHE OSES. Berlanjut sampai agustus juga kebocoran pipa,” ungkap Dwi.

Bulan September merupakan titik terendah realisasi produksi minyak hingga kuartal III tahun ini karena setelah terjadi kerusakan pada fasilitas pipa di blok Cepu kini giliran kerusakan dialami oleh Floating Storage and Offloadin (FSO) Gagak Rimang yang merupakan fasilitas untuk menampung minyak dari blok Cepu.

“Lalu September lalu paling besar adalah kebocoran host offloading dari FSO Gagak Rimang (pipa) ini bocor sehingga produksi di setop sebagian ini cukup besar. September jadi sangat jelek,” ungkap Dwi.

Dalam data SKK Migas bulan September memang produksi menyentuh titik terendahnya yakni rata-rata hanya 593 ribu BPH anjlok dibandingkan rata-rata pada bulan Agustus sebesar 610 ribu BPH.

Namun demikian setelah seluruh fasilitas diperbaiki SKK Migas kata Dwi optimistis produksi bisa kembali rebound hingga akhir tahun nanti.

“Ini sudah selesai Kedung Keris naik dari 10 ribu BPH jadi 15 ribu BPH. EMCL mampu mencari potensi, ini akan terus berlanjut, sampai hari ini sudah pulih PHE OSES janjinya sudah selesai. Itu minus 6 ribuan BPH kalau sudah selesai hari-hari ini bisa tambah produksi sehingga harus jadi ke 620an ribu BPH,” jelas Dwi.

lalu september lalu paling besar adalah kebocoran host offloading dari gagak rimang (pipa) inii bocor sehingga produksi di setop sebagian ini cukup besar. September jadi sangat jelek. Tapi inis udah selsai kedung keris naik dari 10rb jadi 15 ribu bph. EMCL mampu mencari potensi., ini akan terus berlanjut , sampai hari ini sudah pulih kecuali PHE OSES janjinya sudah selesai. Itu minus 6ribuan BPH kalau sudah selesai hari2 ini bisa tambah produksi sehingga harus jadi ke 620an ribu bph. (RI)