JAKARTA – PLN UID Bali menargetkan pertumbuhan kelistrikan mencapai enam persen pada 2019. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel dan Gas (PLTDG) Pesanggaran menjadi salah satu pemasok listrik Bali. Pembangkit berkapasitas 334 megawatt (MW) dikelola PT Indonesia Power. Dwi Suryo Abdullah, Pelaksana Tugas Executive Vice President Corporate Communication & CSR PLN, mengatakan salah satu inovasi program TOSS (Tempat Olah Sampah Setempat) yang memberdayakan masyarakat sekitar untuk mengolah sampah menjadi “pellet” yang bisa dimanfaatkan untuk campuran batu bara low rank sebagai energi primer pembangkit listrik.

“Selain dimanfaatkan untuk pembangkit di Bali, sejumlah pelet saat ini juga telah dikirim ke PLTU Jerangjang Lombok, sebagai upaya untuk memanfaatkan sampah sebagai campuran batubara pada PLTU Jeranjang sehingga bisa menurunkan BPP disamping mampu pengatasi permasalahan sampah berapapun volumenya di Kabupaten Klungkung,” kata Dwi di Jakarta, Senin (1/7).

PLN menargetkan penggunaan pelet untuk campuran batu bara di PLTU Jeranjang bisa mencapai lima persen dari kebutuhan total batu bara PLTU. Penggunaan pelet  lebih murah dibandingkan batu bara. Jika harga batu bara per kg mencapai Rp700, maka harga pelet hanya Rp300 per kg.

“Saat ini masih dalam tahapan uji coba. Sasarannya tidak hanya sekadar hemat, tujuannya adalah PLN bisa mengatasi permasalahan sampah yang saat ini menjadi masalah utama di masing-masing daerah, dan membuka lapangan kerja,” kata Dwi.(RI)