JAKARTA – PT Pupuk Indonesia bakal bangun tiga pabrik baru hingga tahun 2028. Tiga proyek tersebut berada di Palembang, Papua Barat dan Yamdena atau blok Masela. Dengan adanya tiga pabrik baru tersebut maka gas yang dibutuhkan untuk pabrik fertilizer juga makin tinggi.

Jamsaton Nababan, Direktur Portofolio dan Pengembangan Usaha Pupuk Indonesia, menjelaskan untuk pabrik di Palembang, Pupuk mendesain kapasitas produksi amonia 1.350 ton per hari dan Urea 2.750 ton per hari dengan kebutuhan gas 71 juta kaki kubik per hari (MMscfd) dan ditargetkan selesai tahun 2025.

Proyek kedua produksi amonia sebesar Amonia Urea dan Methanol dengan Kapasitas masing-masing 2.000 ton per hari, 3.500 ton per hari dan 3.000 ton per hari di Papua Barat kebutuhan gas 221 MMscfd dan diharapkan 2027 sudah beroperasi.

Proyek ketiga di blok Masela di lokasi Yamdena, produksi Amonia, Urea, lalu Blue Ammonia yang lebih green. kebutuhan gas lebih dari 240 MMscfd, rencana operasi 2028.

“Ke depan akan terjadi peningkatan kebutuhan gas dari 833 di 2022 mmcfd menjadi 1.215 MMscfd di 2028 saat ketiga proyek beroperasi. Kita masih shortage gas,” kata Jamsaton saat berdiskusi di webinar DETalk bertema Mobilisasi Pemanfaatan Gas Sebagai Energi Transisi, Selasa (27/9).

Dalam pengembangan bisnis Pupuk Indonesia kata Jamsaton harus antisipasi kondisi global, yaitu bagaimana produk yang dihasilkan tidak ciptakan emisi, lebih green. Amonia yang kita hasilkan akan didesain sejak sekarang untuk menjadi blue ammonia.

“Program kita ke depan amonia ini akan menjadi salah satu alternatif bahan baku, atau bahan bakar power plant, ini sudah terjadi di Jepang dan Korea Selatan, karena dianggap ramah lingkungan,” ujar dia.

Di samping power plant, amonia bisa untuk bahan bakar kapal maupun mobil, yang saat ini feasible adalah untuk bahan bakar transportasi laut.

Pupuk kata Jamsaton sudah melakukan beberapa inisiatif pilot project dan kerjasama dengan partner diantaranya di Lhoksemawe, Aceh yang akan bangun green industry di PIM 1, sumber listrik gunakan EBT PLN akan suplai 600 MW dari PLTA sekitar aceh, industri di kawasan itu adalah yang tidak gunakan bahan bakar fosil sehingga prosessnya tidak keluarkan CO2.

Kemudian pilot project pengembangan green amonia di PIM 2 bersama dengan Toyo dari Jepang. Lalu blue ammonia dengan antara PIM 3 dengan Mitsui. Kemudian green energy dengan Pertamina Power Indonesia. Berikutnya adalah blue ammonia, kerjasama dengan Mitsubishi dan Pertamina. “Di Masela juga akan ada blue ammonia, dengan Inpex kami sudah tanda tangan,” ujar Jamsaton.