NEW YORK- Harga minyak mentah berjangka turun tajam pada akhir perdagangan Selasa atau Rabu (9/9) WIB, dengan jenis Brent terperosok di bawah US$40 per barel untuk pertama kalinya sejak Juni 2020. Harga minyak mentah AS turun jatuh hampir 8% setelah Arab Saudi memangkas harga jual Oktober dan kasus Covid-19 rebound di beberapa negara.

Infeksi virus corona meningkat di India, Inggris Raya, Spanyol dan beberapa bagian Amerika Serikat, di mana tingkat infeksi tidak terkendali selama berbulan-bulan. Rebound penyakit dapat melemahkan pemulihan ekonomi global dan melemahkan permintaan bahan bakar.

Reuters melaporkan, harga minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober anjlok US$3,01 atau 7,6%, menjadi menetap pada US$36,76 per barel, sebelumnya mencapai posisi terendah yang tidak terlihat sejak 15 Juni.

Sementara itu, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November merosot US$2,23 atau 5,3% menjadi ditutup pada US$39,78 per barel.

Kedua patokan minyak tersebut berada di bawah kisaran perdagangan yang bertahan sejak Agustus. Minyak Brent turun untuk hari kelima beruntun dan telah kehilangan lebih dari 10% sejak akhir Agustus.

Akhir pekan Hari Buruh menandai akhir musim mengemudi musim panas AS saat permintaan bensin paling tinggi, menambah masalah pasokan dan permintaan di pasar, menurut Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho.

“Dengan para penyuling menurunkan tingkat operasinya dalam beberapa minggu mendatang saat perubahan musim dimulai, penyimpanan minyak mentah akan naik bahkan lebih tinggi daripada mendekati tertinggi dalam sejarah,” kata Yawger, dikutip dari Reuters.

Eksodus posisi beli bersih spekulatif jangka panjang pada minyak mentah memperburuk aksi jual, tambahnya.

“Komunitas spekulatif segera melepaskan diri dan mentalitas kawanan menghancurkan harga minyak,” kata Yawger.

Pada Senin (7/9), minyak mentah turun setelah perusahaan minyak negara Arab Saudi Aramco memangkas harga jual resmi Oktober untuk minyak ringan Arab-nya, sebuah tanda melemahnya permintaan.

“Pemotongan harga Saudi yang diumumkan Minggu membuat WTI tidak menarik bagi pembeli Asia,” kata analis energi yang berbasis di Colorado, Phil Verleger dari PK Verleger LLC. (RA)