JAKARTA – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akhirnya menyetujui permintaan DPR agar produksi siap jual atau lifting minyak 2019 tidak turun signifikan.

Djoko Siswanto, Direktur Jenderal  Migas Kementerian ESDM, mengatakan dalam nota keuangan Rancangan Anggaran Pendatapan Belanja Negara (RAPBN) 2019 yang dibacakan Presiden Joko Widodo, pemerintah mengusulkan lifting minyak 2019 sebesar 750 ribu barel per hari (bph).

Setelah melalui pembahasan alot, akhirnya disepakati asumsi lifting minyak tahun depan sebesar 775 ribu bph. Asumsi tersebut tidak berbeda dengan proyeksi atau outlook lifting minyak hingga akhir 2018.

“Kami harap bisa jaga lifting outlook 2018 775 ribu bph. Pada 2019 juga kami pertahankan (775 ribu bph). Secara alamiah turun, tapi dengan berbagai upaya coba dipertahankan,” kata Djoko di Kementerian ESDM Jakarta, Rabu (19/9).

Salah satu upaya yang menjadi andalan untuk bisa mempertahankan lifting minyak melalui strategi operasi di Lapangan Banyu Urip.

Menurut Djoko, Exxonmobil akan melakukan pemasangan cooler di fasilitas produksi. Temperatur suhu di Lapangan Banyu Urip ternyata mempengaruhi produksi minyak. Produksi Exxon di malam hari lebih banyak dibanding saat siang hari. Keberadaan cooler di siang hari diharapkan bisa mendongkrak produksi.

“Dipasang cooler supaya produksi bisa naik seperti di malam hari. Itu 5 ribu – 10 ribu bph tambahnya,” ungkap Djoko.

Pemasangan cooler baru bisa rampung pada akhir 2018, sehingga . dampaknya baru akan dirasakan pada tahun depan.

“Katakan tahun depan turun 5 ribu -10 ribu bph, itu kan bisa ditambal dengan produksi Banyu Urip karena cooler baru ready di Desember. Jadi pas untuk produksi 2019,” tandas Djoko.(RI)