Ketahanan energi merupakan salah satu pilar utama dalam menciptakan pembangunan berkelanjutan di tengah berbagai tantangan global. Generasi muda, sebagai agen perubahan, memiliki peran strategis dalam mendukung transisi energi melalui inovasi teknologi, advokasi kebijakan, dan edukasi masyarakat.
Artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi kontribusi generasi muda terhadap pengembangan energi terbarukan, pengaruh mereka dalam pembentukan kebijakan energi, serta tantangan yang dihadapi. Dengan pendekatan analitis dan studi kasus, solusi strategis yang dapat diambil meliputi kolaborasi lintas sektor, penguatan kapasitas domestik, dan optimalisasi teknologi hijau.
Artikel ini juga menekankan bahwa memberdayakan generasi muda adalah langkah penting untuk mencapai ketahanan energi yang inklusif dan berkelanjutan. Kata Kunci : Generasi muda, Transisi energi, Tantangan global
Komponen kunci utama dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan adalah ketahanan energi. Di era transisi energi saat ini proses perubahan sistem ennergi berbasis fosil ke energi yang lebih ramah lingkungan bukanlah hal yang mudah, dunia menghadapi tantangan besar akibat ketergantungan pada energi fosil yang tidak ramah lingkungan dan sumber daya yang kian menipis. Dalam konteks ini, generasi muda memiliki peran strategis sebagai agen perubahan untuk mendorong adopsi energi baru dan terbarukan (EBT).
Sebagai demografi yang menguasai teknologi dan memiliki kesadaran akan dampak lingkungan, generasi muda dapat menjadi motor inovasi, advokasi, dan transformasi kebijakan energi. Laporan International Energy Agency (IEA) tahun 2023 menunjukkan bahwa sektor energi menyumbang sekitar 73% dari emisi karbon global. Dalam konteks Indonesia, data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat bahwa target bauran energi terbarukan sebesar 23% pada 2025 masih jauh dari pencapaian, dengan realisasi pada 2023
hanya sekitar 14,11%.
Kendala utama meliputi minimnya investasi, keterbatasan teknologi, dan kurangnya kesadaran masyarakat.
Namun, terdapat tren positif dalam inovasi energi terbarukan yang digerakkan oleh generasi muda. Sebagai contoh, startup energi terbarukan seperti “Xurya” yang didirikan oleh pengusaha muda Indonesia telah berkontribusi dalam penyediaan solusi energi surya bagi sektor komersial dan perumahan.
Inovasi ini menunjukkan potensi besar generasi muda dalam mendukung transisi energi melalui pendekatan kewirausahaan berbasis teknologi.
APA PENTINGNYA TRANSISI ENERGI?
Transisi energi dilakukan terutama dikarenakan semakin berkurangnya sumber daya fosil yang ada di bumi untuk dapat dijadikan energi yang mampu menampung kebutuhan manusia di bumi. Transisi energi juga penting dilakukan agar dapat menyelesaikan permasalahan perubahan iklim yang terjadi karena ulah manusia yang terus-terusan menggunakan energi fosil yang menyebabkan banyaknya kerusakan lingkugan, pemanasan global, dan sebagainya yang pada akhirnya juga merusak dan merugikan manusia dan alam. Energi yang digunakan manusia saat ini tidaklah cukup bagi kehidupan di masa depan.
Maka diperlukan solusi yang tepat berupa transisi energi yang dapat menciptakan masa depan yang berkelanjutan dan kelimpahan energi untuk masa yang mendatang.
Tidak semua orang sadar akan pentingnya transisi energi karena urgensi masing-masing orang yang berbeda. Ada yang mengetahui tetapi tidak menghiraukan, ada yang sadar dan mulai melakukan perubahan, hingga ada yang tidak sadar sama sekali dan terus melakukan kebiasaan yang sudah ada.
Ini menjadi salah satu tantangan terbesar yang terjadi di masyarakat sendiri, kepedulian dan kesadaran seringkali hilang terlebih ketika mengangkat isu lingkugan. Tidak semua generasi muda memiliki kapabilitas pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya transisi energi dan kerusakan lingkungan yang terjadi. Dengan itu, membangun kesadaran masyarakat merupakan langkah awal untuk dapat menjalankan transisi energi secara masif.
Tetapi pada akhirnya siapa yang mampu melakukan ini semua? Siapa yang mampu menggerakkan hati masyarakat dan menggerakan pemerintah untuk sadar akan pentingnya transisi energi? Generasi muda lah jawabannya
MENGAPA HARUS GENERASI MUDA?
Generasi muda berada di garis depan perubahan karena mereka adalah kelompok yang akan mewarisi dunia di masa depan. Keterlibatan mereka dalam isu ketahanan energi memiliki dampak jangka panjang, mengingat mereka adalah aktor utama yang akan menghadapi konsekuensi dari keputusan energi saat ini.
Selain itu, generasi muda adalah katalisator dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan latar belakang pendidikan yang semakin modern dan akses luas terhadap informasi, mereka mampu mengintegrasikan pengetahuan mutakhir ke dalam solusi praktis.
Potensi ini diperkuat oleh pola pikir mereka yang inovatif, kritis, dan terbuka terhadap perubahan, yang menjadikan mereka aset penting dalam membentuk dunia yang lebih berkelanjutan.
Kepercayaan masyarakat kepada generasi muda juga menjadi salah satu faktor pentingnya peran generasi muda dalam menjadi penunjuk jalan bagi generasi lainnya.
Hubungan antara generasi muda dan perkembangan ilmu pengetahuan juga menciptakan sinergi yang kuat dalam transisi energi.
Di era digital, banyak penelitian dan pengembangan di bidang energi terbarukan melibatkan partisipasi aktif dari generasi muda, baik melalui kolaborasi dengan institusi pendidikan maupun keterlibatan dalam proyek-proyek independen.
Dengan demikian, peran mereka tidak hanya terbatas pada implementasi, tetapi juga mencakup kontribusi signifikan terhadap kemajuan ilmu pengetahuan yang mendukung ketahanan energi di masa mendatang.
Generasi muda juga merupakan pendorong bagi pemerintah untuk dapat berkontribusi besar dalam transisi energi. Dengan perubahan yang dilakukan oleh generasi muda dengan skala yang besar, pemerintah akan mampu melihat urgensi dari transisi energi saat ini di Indonesia.
Pemerintah perlu memperhatikan kecukupan energi untuk dapat mendukung kegiatan perekonomian masyarakatnya, membangun dan menciptakan teknologi untuk energi terbarukan yang efisien dalam jumlah masif untuk dapat mempercepat transisi dan mempermudah adaptasi yang ada.
Dengan dorongan dari kesadaran generasi muda, pemerintah akan mampu membaca dan mengetahui kepentingan yang dibutuhkan masyarakat hingga lingkungan pada saat ini. Banyak aksi yang dilakukan oleh generasi muda seperti, demo, kampanye, dan sebagainya mengenai lingkungan, tetapi apakah ini cukup? Jawabannya tidak, bukan hanya dengan aksi untuk mendorong pemerintah saja, tetapi diperlukan aksi nyata dalam perkembangan alat, teknologi, dan ilmu mengenai transisi energi ini.
HAMBATAN YANG DI HADAPI
Pergeseran menuju sistem energi yang lebih bersih sangat penting untuk mendukung perjalanan Indonesia dalam mengurangi emisi karbon, karena sistem ini berkontribusi terhadap lebih dari
50% total emisi negara (ESDM). Meskipun memiliki potensi energi terbarukan yang sangat besar, ada beberapa tantangan yang perlu diatasi untuk melangkah maju dalam transisi ini.
Jalan untuk mempercepat transisi energi di Indonesia terkadang terhambat oleh beberapa hambatan, terutama hambatan politik dan keuangan. Menurut Project Clean, Affordable and Secure Energy (CASE) untuk Asia Tenggara, hambatan pertama untuk mempercepat transisi energi di Indonesia adalah tingginya biaya pengadaan energi terbarukan yang dikontribusikan oleh kurangnya infrastruktur, kurangnya akses teknologi di negara-negara berkembang, skema harga yang tidak menarik dan kurangnya instrumen keuangan, dan yang terakhir adalah sistem perizinan dan pengadaan yang tidak efektif.
Selain itu, pengadaan energi terbarukan di Indonesia masih memiliki banyak risiko yang mendasarinya sehingga menyulitkan investor untuk menyediakan pembiayaan dan pengembang untuk mendapatkannya. Risiko-risiko ini terkait dengan aspek teknis, komersial, dan regulasi dari proyek-proyek energi terbarukan.
Untuk mengatasi dan menemukan solusi
atas tantangan dan risiko tersebut, penerapan instrumen politik dan keuangan untuk mengurangi risiko sangat penting untuk mendukung pergeseran Sektor Ketenagalistrikan Indonesia.
Dari perspektif politik, ada lima instrumen yang harus diterapkan, dimulai dengan target energi terbarukan yang jelas dan koherensi kebijakan, mereformasi harga dan mengalihkan subsidi dari energi cokelat ke energi hijau, serta menciptakan proses perizinan dan pengadaan yang efisien dan transparan.
Selain itu, menyediakan standar, pemeringkatan, dan dukungan teknis dapat membantu meningkatkan kualitas manajemen risiko, meningkatkan kredibilitas proyek energi terbarukan, dan meningkatkan kepercayaan investor untuk mendanai proyek tersebut.
Terakhir, memfasilitasi penelitian dan pengembangan kapasitas sangat penting untuk meningkatkan kelayakan dan kredibilitas proyek.
Dari perspektif keuangan, ada sembilan instrumen de-risking yang akan diterapkan, termasuk penyediaan jaminan yang dapat disediakan oleh pemerintah dan lembaga non-pemerintah; diikuti dengan pinjaman berbasis kinerja, di mana proyek-proyek dapat memperoleh dana setelah memenuhi kriteria yang disepakati, dan bukan di muka. Jenis pinjaman ini dapat meningkatkan akuntabilitas proyek dan memberi insentif kepada proyek untuk memberikan
hasil yang baik.
Instrumen ketiga adalah sekuritisasi aset untuk menurunkan risiko likuiditas energi terbarukan dan sebagai hasilnya menarik lebih banyak investasi ke proyek-proyek tersebut. Obligasi hijau adalah instrumen berikutnya untuk menjembatani pasar modal dan keuangan dengan proyek-proyek energi terbarukan, diikuti dengan modal awal untuk menyediakan investasi awal bagi
perusahaan baru, riset pasar, atau pengembangan produk awal.
Nomor enam adalah hibah konversi yang disediakan oleh pemerintah untuk menargetkan pengeboran eksplorasi berisiko tinggi dan menyediakan jaring pengaman untuk proyek-proyek dari pengeboran yang gagal.
Yang berikutnya adalah menggabungkan aset-aset proyek energi terbarukan yang kecil untuk meningkatkan volume investasi dan mengurangi biaya uji tuntas per proyek. Hal ini tidak terbatas pada agregasi keuangan, tetapi juga agregasi permintaan, agregasi proyek, atau agregasi informasi.
Instrumen kedelapan adalah pembiayaan mezzanine yang memungkinkan pemberi pinjaman untuk mengkonversi hibrida utang dan pembiayaan ekuitas menjadi bunga ekuitas, yang sering dikaitkan dengan akuisisi dan pembelian. Instrumen terakhir adalah dengan memanfaatkan utang lunak. Jenis utang ini biasanya tidak memiliki suku bunga atau suku bunga rendah, modifikasi suku bunga, dan perpanjangan jadwal pembayaran selama masa pinjaman.
BAGAIMANA KONTRIBUSI GENERASI MUDA?
Generasi muda menjadi generasi yang paling kuat untuk dapat memulai suatu perubahan, mereka mampu beradaptasi dengan cepat dengan perubahan yang ada dan menciptakan inovasi untuk dapat mengatasi permasalahan bagi generasi yang lebih tua untuk dapat beradaptasi dengan perubahan sistem energi.
Berbeda halnya dengan generasi yang lebih tua, akan menjadi lebih sulit bagi mereka untuk harus beradaptasi dengan perubahan sistem energi dengan apa yang sudah dilakukan selama bertahun-tahun. Generasi yang lebih tua terkadang tidak memiliki kesadaran yang penuh tentang urgensi dan kegentingan permasalahan
yang terjadi saat ini.
Oleh karena itu, dengan membuka mata generasi muda terhadap pentingnya perubahan merupakan salah satu cara terbaik. Generasi muda memainkan peran kunci dalam pengembangan teknologi energi terbarukan, seperti sistem penyimpanan energi berbasis baterai dan solusi berbasis Internet of
Things (IoT).
Penelitian oleh World Economic Forum (2023) mengungkapkan bahwa 40% startup teknologi hijau di Asia Tenggara didirikan oleh individu berusia di bawah 35 tahun.
Generasi muda memiliki keunggulan dalam adaptasi teknologi, pemikiran kreatif, dan keberanian mengambil risiko, yang menjadi landasan penting dalam menciptakan inovasi baru. Selain itu, mereka tumbuh di era digital yang memungkinkan akses terhadap pengetahuan dan jaringan global, sehingga mempercepat proses pembelajaran dan kolaborasi lintas disiplin.
Melalui media sosial dan platform digital, generasi muda mampu menciptakan gerakan sosial untuk mendorong adopsi kebijakan energi yang lebih berkelanjutan. Misalnya, gerakan “Youth for Climate Action” di Indonesia telah berhasil menarik perhatian pembuat kebijakan untuk mempercepat transisi energi.
Generasi muda memiliki kepekaan terhadap isu-isu global dan masa depan mereka sendiri, yang mendorong mereka untuk aktif dalam membentuk arah kebijakan yang lebih pro-lingkungan. Keterlibatan ini tidak hanya memberikan tekanan kepada pemangku kepentingan, tetapi juga menjadi sarana edukasi bagi masyarakat luas.
Generasi muda juga berperan dalam meningkatkan kesadaran publik tentang pentingnya energi terbarukan. Kampanye digital dan program edukasi berbasis komunitas telah membantu menjangkau berbagai lapisan masyarakat untuk mengadopsi praktik hemat energi.
Dalam konteks ini, peran mereka sangat relevan karena kemampuan mereka untuk berkomunikasi dengan cara yang menarik dan relevan bagi generasi lain, termasuk generasi muda lainnya dan generasi yang lebih tua. Meski memiliki potensi besar, generasi muda juga menghadapi tantangan signifikan.
Hambatan meliputi keterbatasan akses terhadap pendanaan, minimnya infrastruktur pendukung, dan resistensi dari kelompok yang memiliki kepentingan dalam industri energi fosil. Selain itu, rendahnya literasi energi di kalangan masyarakat umum juga menjadi kendala dalam mempercepat transisi energi.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, diperlukan pendekatan strategis yang terintegrasi. Pertama, kolaborasi lintas sektor menjadi kunci dalam menciptakan ekosistem yang mendukung pengembangan energi terbarukan. Pemerintah, sektor swasta, dan institusi pendidikan perlu bersinergi untuk mengembangkan program-program seperti “Millennial Energy Project,” yang mengintegrasikan inovasi generasi muda dengan dukungan kebijakan
dan pendanaan.
Kedua, penguatan kapasitas domestik melalui pelatihan dan pendidikan teknologi hijau sangat penting untuk meningkatkan daya saing generasi muda. Misalnya, program sertifikasi di sektor energi terbarukan dapat membantu menciptakan tenaga kerja terampil yang siap menghadapi tantangan industri. Ketiga, optimalisasi teknologi hijau harus didorong melalui insentif, seperti subsidi untuk startup berbasis energi terbarukan atau pembebasan pajak bagi inisiatif-inisiatif yang dipimpin oleh generasi muda.
Selain itu, pemerintah dapat memperluas jaringan penelitian dan pengembangan (R&D) untuk teknologi energi baru dan terbarukan, sehingga inovasi lokal dapat bersaing di tingkat global.
Generasi muda adalah aset berharga dalam mendorong ketahanan energi di era transisi. Dengan inovasi teknologi, advokasi kebijakan, dan edukasi masyarakat, mereka mampu menjadi pilar transformasi yang mendukung keberlanjutan energi.
Namun, diperlukan dukungan lintas sektor untuk mengatasi tantangan yang dihadapi. Upaya kolektif ini diharapkan tidak hanya mempercepat transisi energi, tetapi juga menciptakan ketahanan energi
yang inklusif dan berkelanjutan.
Transisi energi saat ini menjadi salah satu hal yang penting untuk dilakukan bukan hanya di Indonesia tetapi seluruh bumi ini. Hal ini menjadi penting karena semakin berkurangnya sumber daya yang dapat dijadikan energi bagi kehidupan manusia, kerusakan lingkungan yang marak terjadi, perubahan iklim, hingga pemanasan global yang kian menjadi masalah yang sulit di cari solusinya.
Kesadaran masyarakat akan hal ini menjadi salah satu hal yang minim dan perlu dimunculkan terhadap masyarakat karena mereka lah yang menggunakan dan memanfaatkan energi dalam kehidupannya. Tanpa adanya energi yang memadai bagi
kehidupan manusia, maka kehidupan manusia akan kembali seperti manusia purba.
Tujuan utama adanya transisi energi adalah untuk menciptakkan ketahanan energi atau pasokan energi
yang cukup bagi kehidupan di masa depan. Hal ini hanya dapat terjadi apabila manusia memiliki kesadaran dan keinginan untuk berubah.
Kesadaran dan keinginan untuk berubah dapat dilakukan dengan bantuan dorongan dari generasi muda untuk menciptakan inovasi dan teknologi yang mampu mempermudah masyarakat lainnya dalam beradaptasi dengan era transisi ini. Kemampuan dan pengaruh yang dimiliki oleh generasi muda sangatlah besar, mereka dapat mendorong masyarakat, hingga pemerintah untuk sadar akan urgensi yang ada saat ini dan mendorong untuk menghasilkan solusi yang memadai bagi setiap kalangan masyarakat.
Peran generasi muda bukan hanya
sebagai pendorong saja, tapi juga sebagai pencipta dan inovator untuk dapat menghasilkan teknologi yang mampu mempermudah manusia di era transisi ini. Hal ini terjadi karena generasi muda merupakan generasi yang sangat cepat dengan paparan informasi dan ilmu
pengetahuan baru. Dalam era transisi ini, tak dapat dipungkiri banyak sekali tantangan yang dihadapi untuk dapat beradaptasi dengan perubahan yang ada.
Tetapi dengan bantuan generasi
muda diharapkan dapat memberikan kemudahan dan menjadi katalisator dalam era transisi energi ini sehingga dapat mencapai tingkat keberlangsungan energi.
Komentar Terbaru