JAKARTA – Pemerintah terus berupaya menerapkan aksi mitigasi untuk mendukung penurunan emisi CO2. Hariyanto, Direktur Konservasi Energi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, mengatakan aksi mitigasi tersebut meliputi penerapan mandatori manajemen energi untuk pengguna energi  6000 ton oil equivalen (TOE) atau lebih dan penerapan efisiensi peralatan rumah tangga melalui pemberlakuan standar kinerja energi minimum  (Lampu Compact Fluorescent /CFL 11dan Piranti Pengkondisi Udara). Serta penyediaan dan pengelolaan pembangkit listrik EBT, pemanfaatan biogas dan biodiesel, pembangunan penerangan jalan umum cerdas, dan pemasangan Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE).

“Kami bersinergi dengan Kementerian Perhubungan untuk mendorong mitigasi. Untuk penyusunan roadmap mitigasi juga melibatkan Kemenhub. Dalam hal ini KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) sejak awal melibatkan Kemenhub,” kata Hariyanto kepada Dunia Energi, Kamis (17/10).

Hariyanto menambahkan terkait sinergi tersebut, selama ini Kemenhub sudah melakukan mitigasi emisi dari berbagai program, dan beberapa kegiatan terkait juga dengan upaya konservasi energi.

Selain aksi mitigasi subsektor EBTKE, Kementerian ESDM juga melakukan aksi mitigasi pada subsektor ketenagalistrikan, mineral dan batu bara. Serta minyak dan gas bumi, yaitu penggunaan gas alam sebagai bahan bakar angkutan umum perkotaan, peningkatan sambungan rumah yang teraliri gas bumi melalui pipa, reklamasi lahan pasca tambang, program konversi minyak tanah ke LPG, penggunaan clean coal technology dan cogeneration pada pembangkit listrik, serta fuel switching BBM pada transportasi.(RA)