JAKARTA – Pemerintah mulai bersiap untuk mengimplementasikan program biodiesel 30% (B30) pada 2020 mendatang dengan melakukan uji coba distribusi B30 pada akhir tahun ini. Rencananya ada delapan wilayah yang akan dijadikan sebagai lokasi uji coba.

Arifin Tasrif, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengatakan persiapan tahap uji coba tersebut sudah tahap akhir dan sudah dikoordinasikan dengan Pertamina. “Ini kami mau issue, tapi sudah, nanti, Pertamina mau mempersiapkan. Ini mau mulai,” kata Arifin di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (18/11).

Untuk melakukan uji coba tersebut, pemerintah sudah menyiapkan alokasi fatty acid methyl eter (FAME) sebesar 72 ribu kiloliter (KL) yang tertuang dalam Keputusan Menteri ESDM No 227 K/10/MEM/2019 tentang pelaksanaan uji coba pencampuran bahan bakar nabati (BBN) jenis biodiesel 30% (B30) ke dalam bahan bakar minyak (BBM) jenis solar periode 2019. Beleid ini merupakan dasar hukum pelaksanaan uji coba distribusi B30 ke pasaran.

Kepmen tersebut juga menetapkan badan usaha BBN yang memasok untuk B30. Rinciannya, PT cemerlang Energi Perkasa sebanyak 16.511 KL, PT Wilmar Bioenergi Indonesia 62 ribu KL, PT Wilmar Nabati Indonesia 14.450 KL, PT SMART Tbk 20.140 KL, PT Tunas Baru Lampung 27.838 KL, PT Multi Nabati Sulawesi 6.600 KL, PT Permata Hijau Palm Oleo 29.991 KL, PT Batara Elok Semesta Terpadu 7.225 KL, PT Sinarmas Bio Energy 16.152 KL, dan PT Kutai Refinery Nusantara 8.331 KL.

Andriah Feby Minah, Direktur Bioenergi Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, mengatakan uji coba ini juga sekaligus bertujuan untuk mengetahui potensi masalah yang bisa terjadi terhadap FAME saat proses pengiriman. Ada tiga moda pengiriman biodiesel yakni dengan pipa, truck serta kapal. Penggunaan kapal merupakan moda transportasi yang paling dikhawatirkan meningkatkan kadar air dalam FAME. Kondidi tersebut dikhawatirkan akan menurunkan kualitas FAME itu sendiri.

“Trucking November, kapal di Desember, karena PO nya butuh waktu 14 hari. Kami concern-nya karena ada kenaikan air, dengan truk berapa kenaikan arinya karena proses handling dan logistik, pipa berapa kapal berapa, kalau selama ini pengalaman pakai kapal itu yang kadar airnya terlalu tinggi saat pengiriman pembongkaran sementara spek biodiesel kita perketat untuk campuran B30,” jelas Feby.

Adapun uji coba akan dilakukan di Terminal BBM Rewulu, Medan, Balikpapan, Plumpang, Kasim, Plaju, Panjang, dan Boyolali dengan menggunakan moda transportasi yang berbeda-beda.

“Selain itu juga dari faktor kesiapan infrastruktur di Badan Usaha BBM dan juga kesiapan supply FAME-nya karena sudah pakai spesifikasi B30,” ujar Feby.

Dengan adanya uji coba distribusi B30 ini maka total serapan biodiesel bakal bisa mencapai 6,67 juta KL. Pada September lalu, pemerintah telah menambah alokasi biodiesel dari awalnya 6,2 juta KL menjadi 6,6 juta KL lantaran adanya kenaikan konsumsi solar.

Pelaksanaan mandatori B30 sendiri baru resmi dilakukan mulai 1 Januari 2020. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM No 20 Tahun 2014 yang mengamanatkan porsi campuran biodiesel untuk sektor transportasi ditetapkan sebesar 20% mulai 2016. Selanjutnya, porsi ini ditingkatkan menjadi 30% mulai Januari 2020 dan terus stabil pada angka tersebut hingga Januari 2025.

(RI)