JAKARTA – PT Pertamina Hulu Energi (PHE) berdiri pada 2007 telah tumbuh menjadi salah satu perusahaan hulu migas terbesar di Indonesia. Saat ini, PHE mengelola sekitar 24% wilayah kerja migas nasional dan berkontribusi terhadap 69% produksi minyak Indonesia. Transformasi yang dilakukan sejak skala kecil hingga menjadi pemimpin industri ini, tidak lepas dari keberanian untuk keluar dari comfort zone.

“Transformasi harus dimulai, bukan hanya dibicarakan. Tantangan utamanya adalah membawa seluruh insan perusahaan keluar dari zona nyaman dan menjaga momentum perubahan,” ujar Whisnu Bahriansyah, Direktur Manajemen Risiko PHE dalam keterangannya, Jumat (15/8).

Whisnu menyoroti keberhasilan PHE mengawal proyek strategis nasional Jambaran Tiung Biru (JTB). Meski menghadapi pandemi COVID-19, proyek tersebut mampu mencapai full production pada 2024 dengan kapasitas produksi gas mencapai 193 juta kaki kubik per hari yang melebihi target awal.

Selain faktor internal, Whisnu mengingatkan bahwa PHE juga harus tanggap terhadap tantangan eksternal, mulai dari regulasi, dinamika pasar energi, hingga perkembangan teknologi. “Pendekatannya adalah memahami kepentingan pihak eksternal, menyampaikan kepentingan perusahaan secara terbuka, dan mencari titik temu agar solusi yang dihasilkan bersifat win-win,” jelasnya.

Melalui berbagai strategi tersebut, PHE terus berupaya memperkuat posisinya sebagai penggerak utama industri hulu migas nasional, sekaligus mendukung ketahanan energi Indonesia di tengah perubahan dan tantangan global.