JAKARTA – PT Pertamina International Shipping (PIS) manargetkan kinerja keuangan cukup tinggi pada tahun 2021. Perusahaan yang siap melantai bursa atau Initial Public Offering (IPO) ini mencanangkan mampu meraih EBITA sebesar US$300 juta. Tidak hanya itu manajemen juga mematok target tinggi pendapatan yakni diatas US$2 miliar.

Erry Widiastono, Direktur Utama PIS, mengatakan meskipun 2021 merupakan tahun yang menantang bagi bisnis perkapalan, manajemen tetap optimistis bisa memonetisasi peluang-peluang yang masih ada. Dengan target tinggi pendapatan mencapai minimal US$2 miliar, manajemen mematok target laba bersih tahun ini bisa lebih dari US$100 juta.

“Kami ditargetkan untuk bisa mencapai EBITDA di atas US$ 300 juta, dengan laba bersih sekitar US$ 110 juta, dan revenue diatas US$ 2 miliar. Ini adalah suatu hal yang menurut saya challenging, terlebih di era pandemi seperti ini,” kata Erry, Senin (24/5).

Menurut dia, demand atau permintaan BBM memang turun, dan ini tentu mempengaruhi pendapatan dari kapal-kapal. Sementara target PIS cukup spektakular, tapi menurutnya ini suatu hal yang challenging bagi manajemen untuk membuktikan kemampuan PIS.

“Insya Allah dengan semangat yang ada ini, kami akan mampu mencapai target bersama-sama. Saya fikir peluang semua tetap ada. Terbukti di 2020 ketika pandemi terjadi kami justru bisa mencapai revenue dan laba di atas target,” ungkap Erry.

Untuk mengejar target tersebut, PIS kata Erry akan lebih ekspansif. Menurut dia bisnis perusahaan selama ini sebagian besar masih di lingkup Pertamina. Mulai sekarang PIS akan mengembangkan bisnis di luar lingkup Pertamina dengan menjadikan bisnis yang sudah terbangun menjadi pondasi. Pasalnya, jika ingin berkembang, PIS tidak bisa hanya mengandalkan bisnis dengan Pertamina dan Subholding lainnya.

“Suatu saat kami harus bisa lepas dari itu. Hal ini bukan berarti kami mengabaikan saudara sendiri, tidak. Tapi di sisi lain, kami ingin mencari peluang-peluang di luar Pertamina,” kata dia.

Hanya saja untuk menjalankan rencana tersebut Erry mengakui memang tidak mudah mengingat persaingan bisnis perkapalan saat ini cukup ketat. Ini menjadi salah satu tantangan yang harus dihadapi pihaknya. Selain itu, tantangan lainnya adalah aspek finansial dan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten. Pasalnya, tantangan bagi kapal yang beroperasi di luar negeri akan berbeda dengan yang bergerak di Indonesia.

Misalnya bagaimana menyiapkan kapal Pertamina untuk mengambil gas minyak cair (liquefied petroleum gas/LPG) dari Houston, Amerika Serikat yang menghabiskan waktu 90 hari. Hal ini berarti pihaknya harus menyiapkan kru yang berlayar agar dapat bertahan di laut lepas selama 90 hari.

“Itu tantangan tersendiri bagaimana kawan-kawan di darat mempersiapkan kapal-kapalnya. Juga bagaimana kawan-kawan di laut ini mempersiapkan mental dan keahliannya untuk membawa kapal itu pergi ke sana dan kembali ke Indonesia dengan selamat,” ungkap Erry.

PIS menjadi salah satu andalan PT Pertamina (Persero) sebagai holding dalam rencana besar ekspansi bisnis Pertamina. PIS juga merupakan subholding pertama dari subholding lainnya yang sudah penuh bertransformasi menjadi subholding. Karena itu pemerintah juga meminta Pertamina agar PIS segera IPO. Rencananya IPO PIS akan dilakukan pada tahun ini.

Wisnu Medan Santoso, Direktur Perencanaan Bisnis PIS, mengungkapkan sebagai salah satu anak perusahaan Pertamina di bawah Kementerian BUMN, perusahaan mengikuti arahan Kementerian BUMN dan holding (Pertamina). peresmian subholding shipping PT Pertamina International Shipping menjadi integrated marine logistics company sudah dilakukan. “Dimana hal ini akan meningkatkan value perusahaan,” kata Wisnu kepada Dunia Energi, beberapa waktu lalu.

Menurut Wisnu, dengan kemampuan PIS yang ada saat ini dan value perusahaan yang cukup besar membuat manajemen optimistis bisa mendapatkan respon positif saat melantai bursa nanti. “Apabila opsi melakukan IPO sebagai aksi korporasi yang ditetapkan oleh holding sebagai pemegang saham, kami sudah lebih dari siap,” kata Wisnu.(RI)