JAKARTA – PT Pertamina Internasional EP (PIEP), anak usaha PT Pertamina (Persero) yang beroperasi di luar negeri, menargetkan membawa delapan juta barel minyak mentah ke Indonesia dari blok minyak dan gas yang dikelola di luar negeri sepanjang 2019. Proyeksi tersebut diatas realisasi minyak yang dikirim ke Indonesia mencapai 6,5 juta barel pada tahun lalu.

Denie S.Tampubolon,‎ Presiden Direktur Pertamina Internasional, mengatakan peningkatan target pasokan minyak dari luar negeri ke Indonesia tersebut seiring dengan adanya peningkatan target produksi.

“Rata-rata setiap tahun produksi memang meningkat 9% per tahun. Pada 2019 target produksi jadi 112 ribu barel per hari (bph), naik dibanding tahun ini 102 ribu bph,” kata Denie di Jakarta, Kamis (17/1).

Untuk produksi gas diproyeksikan naik tipis dari 299 juta kaki kubik per hari (mmscfd) pada tahun lalu menjadi 300 mmscfd.

Produksi Pertamina Internasional masih didominasi fasilitas produksi yang berada di Afrika, yakni sebesar 82 ribu barrel of oil ekuivalent per day (boepd), diikuti oleh produksi dari blok yang berada di wilayah Timur Tengah sebesar 52 ribu boepd. Serta kontribusi dari fasilitas di Asia sebesar 30 ribu boepd.

Tahun lalu realisasi produksi di Afrika sebesar 78 ribu boepd, Timur Tengah 45 ribu boepd dan Asia sebesar 32 ribu boepd.

Menurut Denie, penambahan produksi murni karena adanya peningkatan kegiatan di beberapa wilayah kerja produksi, terutama di wilayah Afrika.

“Ada pengembangan, kecepatan pengeboran sumur di Afrika, jadi murni dari aset eksisting. Belum ada upaya untuk penambahan aset,” ungkap Denie.

Ia menjelaskan jumlah delapan juta barel sebenarnya sudah cukup besar karena mencapai 80% dari entitlement atau hak Pertamina dari produksi di luar negeri. Minyak yang masuk bisa lebih besar, namun masih ada keterbatasan dari sisi kemampuan pengolahan minyak.

“Tidak semua minyak mentah bisa dikelola di kilang Pertamina. Untuk itu kami mendukung peremajaan kilang,” kata Denie.

Kinerja Keuangan

Peningkatan produksi juga diharapkan akan mengerek kenaikan kinerja keuangan Pertamina Internasional. Tahun ini manajemen mematok pendapatan sebesar US$1,4 miliar, meningkat dibanding realisasi tahun lalu sebesar US$ 1,2 miliar.

Untuk mendukung kinerja operasi, Pertamina Internasional mengalokasikan anggaran investasi sebesar US$174 juta pada 2019, meningkat dari tahun lalu sebesar US$ 110 juta.

Peningkatan aktivitas terlihat dari jumlah sumur yang di bor. Jika tahun lalu direalisasikan 18 sumur di bor dan kerja ulang sumur atau work over sebanyak 53 sumur, sepanjang tahun ini ada 28 sumur di bor dan work over sebanyak 56 sumur.

Denie menjelaskan beberapa inovasi juga akan dilakukan pada tahun ini, misalnya pengeboran sumur pengembangan pada proyek pengembangan fase 4 di Aljazair (P4D) diselesaikan lebih cepat dari rencana dan mencatatkan efisiensi biaya 40%.

Serta efisiensi pelaksanaan plant shutdown di lapangan MLN, melalui perencanaan program secara terintegrasi.

“Kami juga mengembangkan teknologi geospial (inhouse) untuk memitigasi potensi geohazard (banjir, dune, lereng tidak stabil) dalam penentuan titik pengeboran,” kata Denie.

Pertamina Internasional beroperasi di 12 negara. Selain mengelola langsung, perseroan juga menjalin kerja sama dengan mitra. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan ketahanan energi nasional. Adapun 12 negara wilayah operasi PIEP diantaranya Irak, Algeria (Aljazair sebagai operator), Malaysia, Kanada, Kolombia, Prancis, Gabon, Italia, Myanmar, Namibia, Nigeria dan Tanzania.(RI)