BANYUWANGI- Perusahaan yang bergerak di industri hulu minyak dan gas bumi memiliki tingkat risiko yang tinggi. Salah satu bentuk risiko yang dapat terjadi di lapangan migas, utamanya yang berada di wilayah lepas pantai (offshore) adalah terjadinya tumpahan minyak.

Demi meningkatkan kemampuan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) untuk menanggulangi kejadian tumpahan minyak, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) bersama PT Pertamina EP dan 12 KKKS di wilayah kerja Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara (Jabanusa) menerbitkan prosedur tetap (protap) tumpahan minyak sekaligus menyelenggarakan latihan gabungan penanggulangan tumpahan minyak di Banyuwangi, Jawa Timur, Rabu (11/3).

Julius Wiratno, Deputi Operasi SKK Migas, mengatakan setiap tahun pemerintah menetapkan target produksi kepada KKKS. Di sisi lain, pemerintah dan SKK Migas memiliki visi menuju produksi minyak 1 juta BOPD pada 2030. Dengan demikian, kegiatan operasi sektor hulu migas diharapkan tidak mengabaikan aspek Kesehatan, Keselamatan Kerja, dan Lindungan Lingkungan (K3LL).

“Untuk itulah SKK Migas merumuskan protap ini agar potensi risiko kecelakaan kerja dapat dihindari dan diminimalkan dampaknya,” ujar Julius dalam acara tersebut.

Agus Amperianto, Asset 4 General Manager Pertamina EP, menambahkan karena lokasi kerja Asset 4 ada yang beroperasi di laut, Protap ini sangat perlu untuk diadakan agar apabila terjadi kegagalan operasi (operation failure) di laut sebagai KKKS tahu harus berbuat apa dan kemana harus berkordinasi.

Agus menyebutkan, Pertamina EP Asset 4 memiliki Poleng Field yang 90% area operasinya berada di laut. Penunjang produksi dari Poleng Field untuk minyak sebesar 2.754 barel perhari (BOPD) atau 102,85% dari target dan gas 4.050 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd) atau 101,08% dari target didapatkan dari Platform BW, CW, dan DW dengan sembilan sumur produksi yang berada di laut Jawa. “Maka dari itu, kami merasa Protap ini sangat penting karena kami bisa berkordinasi dengan KKKS dan instansi lainnya lebih mudah,” ujar Agus dalam keterangan tertulis kepada Dunia-Energi.

Agus menyebutkan, dalam kondisi migas global yang sedang turun, maka sinergi dan kordinasi antara SKKMigas dan KKKS serta instansi lain bisa menjadi salah satu upaya agar industri hulu migas di Indonesia bisa survive dan bisa memberikan kontribusi maksimal kepada perekonomian Indonesia.

“Tingkat risiko beroperasi di laut itu tinggi sehingga apabila terjadi hal yang diluar kendali maka sekali lagi dengan adanya Protap ini diharapkan penanganannya bisa dilakukan dengan baik dan biaya yang efisien,” ujarnya.

Abdullah Azwar Anas, Bupati Banyuwangi, pada kesempatan yang sama menyampaikan bahwa kegiatan protap merupakan hal yang unik bahwa Bupati diundang ke acara hulu migas sementara di Banyuwangi tidak ada atau belum ditemukan potensi migasnya.

Namun demikian, Bupati Banyuwangi mengatakan, dalam memimpin sebuah daerah seperti Kabupaten Banyuwangi dibutuhkan Anti Mainstream Marketing untuk bisa menjadikan Banyuwangi seperti saat ini.

“Tahun ini Banyuwangi mempersiapkan sedikitnya 123 Event berskala nasional dan internasional. Dan semuanya tidak melibatkan EO, semua dikerjakan oleh PNS dan melibatkan masyarakat. Sehingga biaya yang dikeluarkan sangat efisien dan masyarakat Banyuwangi merasa ikut terlibat dalam membesarkan daerahnya,” jelas Anas.

Anas menambahkan bahwa banyak penghargaan yang diterima oleh Kabupaten Banyuwangi baik nasional maupun internasional yang kemudian semakin membawa turis domestik maupun mancanegara datang ke Banyuwangi dan secara langsung maupun tidak langsung menggerakkan perekonomian masyarakat.

Agus Amperianto menambahkan sesuai dengan spirit yang disampaikan oleh Bupati Banyuwangi tersebut, pekerja di industri hulu migas harus bisa berpikir dan menerapkan Anti Mainstream Marketing tersebut sesuai dengan konteks industri yang dikelola.

“Jangan segan melakukan inovasi untuk perbaikan perusahaan. Terlebih terhadap keandalan fasilitas produksi atau peningkatan aspek keselamatan operasi yang ujungnya mampu meningkatkan produksi migas. Kita patuhi aturan yang ada, kita implementasikan rencana yang sudah disusun, buat skala prioritas dan lakukan inovasi. Maka Insya Allah industri hulu migas ini masih bisa menjadi penggerak perekonomian Indonesia,” ujarnya. (DR)