JAKARTA – PT PLN (Persero) menargetkan penandatanganan kontrak jual beli listrik (power purchase agreement/PPA) Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terapung atau floating PV power plant di Waduk Cirata, Purwakarta, Jawa Barat pada November tahun ini.

Nicke Widyawati, Direktur Pengadaan Strategis 1 PLN,  mengungkapkan saat ini tim sedang mempersiapkan dokumen PPA pembangkit PLTS terapung pertama di Indonesia tersebut. Harga listrik yang dihasilkan PLTS terapung akan lebih murah dibanding PLTS yang dibangun di darat.

Hal itu disebabkan PT Pembangkitan Jawa-Bali (PJB) tidak perlu bersusah payah membuka lahan untuk lokasi pembangunan infrastruktur PLTS.

“Feasiblity studies sudah selesai, tinggal PPA. Harga lebih bagus karena tidak perlu gunakan lahan (karena terapung),” kata Nicke saat ditemui Dunia Energi di Jakarta, Rabu (11/10).

Nicke memastikan harga listrik PLTS terapung akan jauh lebih rendah dari harga-harga PLTS lainnya.

“Kita maunya 6 sen – 7 sen per kWh sebelumnya PV itu bisa sampai 14 sen –18 sen per kWh, sekarang satu digit,” ungkap Nicke.

PLTS Cirata nantinya akan memiliki kapasitas sebesar 200 megawatt (MW) dan direncanakan akan mendistribusikan listriknya untuk sistem Jawa-Bali. Dalam membangun PLTS ini PJB menggandeng Masdar, perusahaan  listrik asal Uni Emirat Arab (UEA).

Nicke berharap dengan terbangunnya PLTS terapung pertama ini bisa dijadikan tonggak pembangunan PLTS dengan teknologi terbaru, dengan biaya yang kompetitif.

“Kita harapkan harganya murah, hanya ini floating teknologinya, kalau misalnya bisa bangun di Indonesia harganya bisa turunkan,” tandas Nicke. (RI)