JAKARTA – PT Pertamina Gas (Pertagas) sebagai bagian dari Subholding Gas Pertamina, menegaskan komitmennya dalam memperkuat infrastruktur midstream energi di Indonesia Timur. Dengan infrastruktur yang dirancang sesuai kondisi geografis dan potensi lokal, Pertagas optimistis dapat menjadi mitra strategis dalam mendorong monetisasi gas yang berkelanjutan dan pemerataan energi nasional.

Direktur Komersial Pertamina Gas, Kusdi Widodo, mengatakan bahwa konektivitas merupakan faktor kunci dalam mempercepat akses energi di wilayah dengan tantangan geografis tinggi. “Investasi bukan semata soal pasokan, tapi soal konektivitas. Tantangan utama di Indonesia Timur adalah ketiadaan infrastruktur midstream yang andal untuk menghubungkan sumber gas dengan pasar potensial. Di sinilah pendekatan modular dan hybrid memainkan peran penting.” ujar Kusdi dalam keterangan tertulisnya, Jumat (23/5).

Pertagas, sebagai operator jaringan pipa transmisi gas terpanjang di Indonesia dan pengelola lebih dari 600 km pipa minyak di Sumatera, telah berperan mendukung penyaluran kebutuhan energi nasional. Namun untuk menjangkau wilayah timur yang belum terlayani infrastruktur, Pertagas mengimplementasikan pendekatan modular seperti isotank, Floating Storage Unit (FSU), Floating Regasification Unit (FRU), serta pembangunan pipa pendek untuk konektivitas lokal.

Salah satu portofolio di wilayah Indonesia Timur yaitu proyek gasifikasi di Sorong. Di bawah mandat KEPMEN ESDM No. 13.K/2020 lalu, Pertagas berperan dalam mendukung suplai gas ke PLTMG 50 MW. “Ini bukan hanya proyek kelistrikan, tapi jangkar ekonomi kawasan. Ketika listrik tersedia, permintaan dari sektor logistik, industri, hingga rumah tangga ikut tumbuh,” ungkap Kusdi.

Selain itu, untuk menjangkau daerah terpencil yang tidak memiliki jaringan pipa, Pertagas mengembangkan fasilitas virtual pipeline di Bontang, yakni LNG Filling Station berkapasitas 14 MMSCFD dan LNG Cargo Dock yang mendukung pengiriman isotank melalui laut ke kawasan Indonesia Timur. Fasilitas ini dapat menjadi solusi nyata distribusi gas secara fleksibel.
Kusdi sebelumnya juga menyinggung proyek-proyek prospektif di wilayah Sulawesi, Maluku dan Papua Selatan.

“Midstream bukan hambatan, justru menjadi enabler. Mulai dari skala kecil, praktis, dan disesuaikan dengan kebutuhan lokal — itulah pendekatan kami,” kata dia pada sesi panel Concurrent Session The 49th Indonesia Petroleum Association Convention & Exhibition (IPA Convex) 2025 di ICE BSD City, Tangerang, Rabu (21/5).

Pada diskusi bertema “Fuelling the Future: Strategies for Achieving Long-term Plan Production from East Indonesia through Sustainable Exploration” itu menghadirkan berbagai tokoh kunci dari sektor hulu, regulator, hingga mitra internasional, dalam membahas peluang dan tantangan dalam monetisasi gas di kawasan Indonesia Timur.

Selain aspek teknis dan komersial, Kusdi juga menyoroti pentingnya aspek sosial dalam keberlanjutan proyek energi. Menjaga komunikasi yang kuat dengan komunitas sosial bukan pilihan, melainkan suatu keharusan. “Kami menjalankan tanggung jawab sosial di sekitar wilayah operasional perusahaan, untuk merangkul masyarakat, memberdayakan, dan memastikan infrastruktur kami memberi manfaat bersama,” kata dia.

Sebagai bagian dari Pertamina Group dan Subholding Gas PGN, Pertagas terus memperluas perannya tidak hanya sebagai pengangkut gas, tetapi juga sebagai pembuka jalan bagi pertumbuhan ekonomi kawasan. “Kami hadir bukan hanya untuk mengalirkan gas, tapi untuk membuka akses dan membangun ketahanan energi jangka panjang,” kata Kusdi.(AT)