JAKARTA – Pemerintah mengungkapkan akan mengevaluasi kerja sama antara PT Pertamina (Persero) dan Saudi Aramco dalam pengembangan Kilang Cilacap.

Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, menegaskan akan ada opsi lain untuk pengembangan Kilang Cilacap kedua pihak tidak mencapai kata sepakat.

Pemerintah akan mengevaluasi proyek tersebut mengingat masih ada perbedaan hasil valuasi yang dilakukan oleh masing-masing perusahaan migas sekitar US$1,5 miliar.

“Kalau masih tetap segitu (selisih valuasi aset), kami melihat pilihan lain, sudah ada pilihan lain,” kata Luhut di Jakarta, Senin (11/11).

Valuasi aset dibutuhkan guna memenuhi salah satu permintaan perusahaan migas Arab Saudi itu, yakni spin off aset untuk selanjutnya dimasukkan dalam perusahaan patungan (joint venture) nanti. Sayangnya pembahasan perbedaan nilai tersebut tidak kunjung selesai padahal masing-masing pihak telah sepakat menunjuk valuator.

Pertamina telah melakukan valuasi dengan menunjuk konsultan terbaik di dunia internasional, yakni PWC. Penunjukkan PWC sesuai yang disyaratkan Saudi Aramco yang meminta untuk menunjuk salah satu empat konsultan independen. Sayangnya, hasil valuasi PWC ini masih tidak juga disepakati oleh Saudi Aramco.

Kilang Cilacap ditargetkan mulai beroperasi pada 2025. Pasca upgrading, kapasitas pengolahan minyak mentah Kilang Cilacap akan naik dari 348 ribu barel per hari (bph) menjadi 400 ribu bph. Selanjutnya, bakal ada tambahan produksi bensin (gasoline) 80 ribu bph, solar 60 ribu bph, dan avtur 40 ribu bph. Produksi bahan bakar naik signifikan lantaran kemampuan kilang mengolah minyak mentah menjadi produk jadi (NCI) naik dari 74% menjadi 92-98%.(RI)