JAKARTA – Parlemen mengeluhkan PT Pertamina (Persero) yang terkesan melakukan pemborosan karena membeli minyak mentah untuk diolah ke dalam negeri dengan harga yang mahal padahal di pasaran banyak pilihan jenis minyak mentah dengan harga yang lebih murah. Misalnya saja minyak yang diobral oleh Rusia setahun belakangan.

Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina mengakui untuk saat ini memang manajemen terpaksa memilih minyak dengan harga yang lebih tinggi lantaran keterbatasan fasilitas pengolahan atau kilang.

Menurut Nicke kondisi kilang yang ada saat ini hanya mampu mengolah minyak dengan kadar sulfur rendah, dimana di pasaran jumlahnya juga terbatas, sehingga Pertamina tidak punya pilihan lain selain membeli yang tersedia. Jenis minyak yang sesuai dengan kondisi kilang yang dimiliki Pertamina selama ini berasal dari Timur Tengah.

“Jadi menentukan minyak mahal atau murah itu spesifikasinya. Biasanya kalau minyak murah sulfur kontennya tinggi. Sehingga perlu teknlogi yang lebih modern di kilangnya. Kilang kita, ini teknologinya teknologi lama,” kata Nicke saat rapat dengan Komisi VII DPR RI, Selasa (7/2).

Menurut dia Pertamina tidak bisa menghentikan begitu saja pengolahan minyak karena harga minyak yang bisa diolah lebih tinggi dari pada jenis minyak lainnya. Jadi terpaksa tetap membeli minyak bersulfur rendah yang produsennya juga terbatas di pasaran dunia. “Crude dengan sulfur rendah tidak banyak di pasaran. maknya harganya jg mahal, hanya middle east saja,” ujarnya.

Namun demikian PT Kilang Pertamina International (KPI) sebagai badan usaha yang kini bertanggung jawab melakukan pengadaan minyak mentah telah memetakan sumber-sumber pasokan baru yang nantinya bakal dimanfaatkan ketika kilang Pertamina sudah ditingkatkan kemampuannya melalui program Refinery Development Master Plan (RDMP).

Terdekat upgrade kilang Balongan nanti akan membuat kilang tersebut mampu menerima minyak mentah dengan berbagai spesifikasi termasuk yang bersulfur tinggi.

“Dengan kilang sudah melakukan revamping dan energy efficiency sehingga fleksibilitas untuk menggunakan jenis crude yang lain, light crude yang lebih murah contoh kita ambil dari Amerika dengan selsisih US$4-5 karena itu light crude bisa kita gunakan dan kita campur,” jelas Nicke.

Pertamina saat ini tengah mengerjalan lima proyek pengembangan kilang atau RDMP yakni di kilang Balikpapan, Balongan, Cilacap, Dumai dan Plaju. Selain itu juga Pertamina tengah membangun kilang baru di Tuban. Namun demikian proyek yang sudah ditetapkan sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN) ini belum ada yang rampung. Padahal semula proyek-proyek tersebut ditargetkan rampung pada tahun 2021.