JAKARTA – Hasil uji jalan penggunaan bahan bakar biodiesel 20% (B20) selama enam bulan pada lokomotif PT Kereta Api (Persero) GE dan PRL/EMD dinyatakan telah berhasil dengan baik, tanpa ada masalah pada filter, hose, dan injektor. Hal ini membuktikan bahwa bahan bakar B20 dapat digunakan dengan aman di lokomotif PT KAI.

“Hasil dari uji jalan ini juga menunjukkan keandalan mesin lokomotif yang menggunakan bahan bakar B20 sangat tergantung kepada konsistensi kualitas, tata cara penanganan dan penyimpanan bahan bakar. Faktorfaktor tersebut harus dipenuhi sesuai dengan acuan/pedoman resmi yang ada untuk menghindari terjadinya masalah dalam penggunaan bahan bakar B20,” kata Andriah Feby Misna, Direktur Bioenergi Kementerian ESDM, di Jakarta Kamis (20/12).

PT Kereta Api lndonesia (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara lndonesia yang menyelenggarakan jasa angkutan kereta api, meliputi angkutan penumpang dan barang. Sebagai pengguna Bahan Bakar Jenis Minyak Solar, PT KAI juga wajib mengimplementasikan pemanfaatan biodiesel sebesar 20% (B20) pada mesin lokomotifnya yang bermesin diesel, berdasarkan Peraturan Menteri (Permen) ESDM Nomoe 12 Tahun 2015.

Dari hasil kajian Penggunaan B20 pada Komponen dan sistem Bahan Bakar di Lokomotif dan Genset PT KAIĀ  2017, salah satu rekomendasi tim adalah melakukan rail test Lokomotif Kereta Api, dengan parameter terukur sehingga diperoleh data pengaruh penggunaan B20 yang lebih komprehensif pada lokomotif. Rekomendasi hasil kajian rail test ini wajib digunakan semua pihak terkait sebagai acuan/referensi untuk perbaikan dan penyesuaian hal-hal terkait, sehingga program B20 dapat berjalan di PT KAI berdasarkan pertimbangan aspek teknis dan ekonomi.

Rail Test B20 pada kereta api menggunakan dua unit lokomotif CC205 (PRL/EMD) dan dua unit lokomotif CC206 (GE) dengan bahan bakar B0 dan B20, yang digunakan untuk menarik kereta batu bara rangkaian panjang (Babaranjang) dengan rute Stasiun Tanjung Enim Stasiun Tiga Gajah Stasiun Tarahan (PP) yang berjarak 800 kilometer (Km) dengan waktu tempuh 2,2 hari. Total waktu yang diperlukan untuk Rail Test B20 ini adalah enam bulan dimulai pada tanggal 10 Februari 2018. Dipilihnya kereta Babaranjang pada kajian ini dengan pertimbangan beban engine pada lokomotif yang menarik KA Babaranjang ini merupakan lokomotif dengan beban terberat dibandingkan lokomotif lain yang dimiliki oleh PT KAI.

Bahan bakar biodiesel yang digunakan dalam pengujian ini adalah biodiesel berbasis kelapa sawit dan saat ini masih menjadi andalan Indonesia untuk penerapan mandatori biodiesel.

Dalam hal ini, sejumlah rekomendasi yang diberikan Kementerian ESDM antara lain PT KAI agar menyiapkan Standard Operation Procedure (SOP) khusus untuk penanganan dan penyimpanan bahan bakar B20 mengacu kepada Buku Pedoman Penanganan dan Penyimpanan bahan bakar B20 (Diterbitkan oleh Ditjen EBTKE).

PT KAI, PT Pertamina Patraniaga, dan OEM melaksanakan sosialisasi di internal PT KAI terutama kepada operator dan teknisi di lapangan.

Pada awal penggunaan B20 perlu dilakukan audit material compatibility sistem bahan bakar. Hal ini meminimalkan permasalahan pada penggunaan B20 dalam jangka waktu lama.

“Agar kompatibel dengan B20,Lokomotif GE dianjurkan menggunakan nosel carbon steel karena mempunyai ketangguhan menahan perambatan retak dan rancangan saluran bahan bakarnya streamline sehingga tidak mengakibatkan turbulensi berlebihan pada fuel chamber. Lokomotif GE juga dianjurkan mengganti material hose NBRPVC blend pada sisi supply dengan hose polytetrafluoro ethylene (PTFE/Teflon),” kata Andriah.(RA)