JAKARTA – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) menegaskan untuk menghindari anjloknya produksi migas di blok Rokan, maka mau tidak mau masa transisi alih kelola dari PT Chevron Pacific Indonesia ke PT Pertamina (Persero) harus dilakukan pada 2019.

Dwi Soetjipto, Kepala SKK Migas, mengatakan transisi harus dilakukan agar tidak terulang kejadian seperti yang terjadi saat alih kelola Blok Mahakam. Apalagi tanda-tanda penurunan produksi di Blok Rokan sudah mulai dirasakan saat ini.

Pada 2018 misalnya, produksi siap jual (lifting) minyak dari Blok Rokan sebesar 209,4 ribu barel per hari (bph) atau hanya 98% dari target yang ditetapkan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2018 sebesar 213 ribu bph. Realisasi rata-rata lifting 2018 juga jauh dari dibawah lifting minyak 2017 yang mencapai 223 ribu bph.

“Pelajaran transisi Blok Mahakam, harus pelajaran buat di Rokan. Saya kira pelajaran berharga, investasi tidak berjalan di masa transisi,” kata Dwi saat ditemui di Kementerian ESDM, akhir pekan lalu.

Menurut Dwi, dalam kasus Mahakam, proses transisi berjalan kurang maksimal. Dampaknya pun kini dirasakan dengan anjloknya produksi Blok Mahakam.

Data realisasi lifting 2018 mencatat, posisi Blok Mahakam melorot ditempat ketiga sebagai kontributor gas terbesar di Indonesia. Lifting gas dari blok yang sekarang dioperatori PT Pertamina Hulu Mahakam pada 2018 hanya sebesar 832 juta kaki kubik per hari (mmscfd) atau hanya 75% dari target APBN 2018 sebesar 1.110 mmscfd. Realisasi tersebut juga masih dibawah realisasi 2017 sebesar 1.286 mmscfd. Padahal sudah puluhan tahun Blok Mahakam biasanya menjadi langganan kontributor produksi gas terbesar nasional.

Dwi mengakui karena kontrak pengelolaan segera habis, maka Chevron pun mengurangi investasi di Blok Rokan, sehingga penurunan produksi tidak dapat dihindari. Apalagi ditambah juga dengan kondisi alami sumur di Rokan.

“Jadi mulai tahun ini musti sudah ada siapa yang harus investasi. Mestinya Pertamina yang mulai masuk investasi, tinggal siapa yang melaksanakan dan siapa yang financing,” ungkap dia.

Menyadari pentingnya transisi ini maka sejak dua minggu lalu, SKK Migas sudah memanggil Chevron maupun Pertamina untuk segera merencanakan strategi transisi alih kelola.
“Makanya Pertamina yang akan masuk, harus mulai investasi. Pertemuan (Pertamina – Chevron) sudah kami mulai. Sekarang sedang pembahasan,” tandas Dwi.(RI)