Dirjen Migas Djoko Siswanto, Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar, dan Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto saat pemaparan temuan eksporasi terbesar di Jakarta, Kamis (21/2).

JAKARTA– Temuan potensi cadangan gas di blok Sakakemang yang dikelola oleh Repsol bersama dengan Petronas dan Mitsui Oil Exploration Co Ltd ternyata tidak main-main. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) mengklaim temuan tersebut merupakan yang terbesar keempat di dunia dalam dua tahun terakhir.

“Potensi lebih kurang 2 TCF. Ini penting kami sampaikan karena merupakan potensi besar yang ditemukan setelah 18 tahun. Ini penemuan yang signifikan,” kata Dwi Soetjipto, Kepala SKK Migas di Kementerian ESDM, Jakarta (21/2).

Adapun temuan besar migas lainnya diperiode 2018-2019 antara lain Calypso, Cyprus dengan temuan lebih dari 3,5 TCF, Obskaya Severnaya di Rusia dan sekitar 3 TCF serta 1-STAT-010A-SPS, Brazil dengan temuan lebih dari 2 TCF.

Repsol berharap bisa melakukan akselerasi dalam proses pembuktian temuan ini. Akselarasi teknis dan nonteknis diharapkan bisa membuat percepatan dalam memonetisasi gas.

David Remos Herrero, Manajer Eksplorasi Asia Tenggara Repsol, mengungkapkan jika tidak ada halangan berarti dan percepatan benar-benar bisa dilakukan bukan tidak mungkin semburan gas di Sakakemang bisa tercapai dalam lima tahun ke depan.

“Kami akan berusaha lakukan akselerasi, jika memang memungkinkan kita mau percepat bisa produksi dalam lima tahun ke depan,” kata David.

Potensi cadangan ini ditemukan setelah dilakukan pengeboran oleh Repsol di sumur Kaliberau Dalam 2X (KBD2X) ditajak pada tanggal 20 Agustus 2018 dengan target fractured basement. Lokasi sumur berada sekitar 60 Km dari lapangan gas raksasa Suban.

Repsol membeli Talisman pada 2015, WK Sakakemang menjadi salah satu aset yang ikut dibeli. Sejak itu Repsol mengakselerasi kegiatan eksplorasi dan pada 2018 memutuskan untuk melakukan pengeboran kedua di dalam Wilayah Kerja Sakakemang.

Repsol masuk kembali ke Indonesia pada 2009/2010 dengan fokus pada aset di Indonesia Timur dan melakukan 1 pengeboran eksplorasi dengan hasil dryhole, setelah itu Repsol mengambil Talisman pada 2015. Saat ini Repsol mengelola empat wilayah kerja eksplorasi (East Jabung, Sakakemang, South East Jabung, Andaman 3), dan di 1 wilayah kerja produksi sebagai nonoperator partner.

Menurut David dengan kontrak Sakakemang yang berlaku hingga 2040 keekonomian dari di blok tersebut masih cukup bagus. “Keekonomian masih sangat bagus, kontrak kami berakhir 2040,” ujarnya.

Untuk tahap selanjutnya, Repsol dijadwalkan melakukan pengeboran KBD-3X demi memastikan potensi cadangan gas yang terkandung di sana.

Arcandra Tahar, Wakil Menteri ESDM, menyatakan potensi yang ada di Sakakemang lebih besar ketimbang potensi gas di Jambaran Tiung Biru (JTB), Blok Cepu yang diketahui memiliki cadangan sekitar 1 TCF.

Menurut dia, jika sudah dilakukan pengeboran ketiga tahun ini, maka boleh jadi jumlah potensi cadangan gas di Sakakemang bisa bertambah. “Kami harap bisa bertambah cadangannya setelah dilakukan pengeboran lagi nanti,” ujarnya.

Dwi menuturkan, dengan jumlah cadangan lebih besar dibanding JTB, desain produksi Sakakemang nantinya juga bisa lebih besar dari JTB sehingga akan sangat signifikan terhadap penambahan produksi gas nasional.

“Itu bergantung pada desain produksinya, tapi nanti bisa saja lebih besar dari JTB produksinya, sekarang JTB kan 190 juta kaki kubik per hari (mmscfd), jadi bisa lebih besar dari itu,” ujar Dwi. (RI)