JAKARTA – Tambang batu bara di Indonesia yang dioperasikan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) tercatat memberikan kontribusi 65% terhadap pendapatan Banpu Plc, perusahaan tambang asal Thailand sepanjang 2015. Banpu mencatat pendapatan US$2,47 miliar, turun 21,2% dibanding pendapatan 2014 yang mencapai US$3,14 miliar.

Manajemen Banpu mengungkapkan kinerja keuangan tahun lalu merefleksikan kemampuan perseroan menyesuaikan operasional tambang batu bara dengan kondisi pasar batu bara yang tidak menguntungkan.

“Di Indonesia dan Australia, sejumlah langkah untuk memangkas biaya dan meningkatkan produktivitas diambil hingga menghasilkan arus kas tetap sehat dan perseroan tetap kompetitif untuk jangka panjang,” ungkap manajemen dalam keterangan tertulisnya.

Banpu menyebutkan berlanjutnya kondisi pasar batu bara yang tidak kondusif telah membebani pendapatan dari segmen usaha batu bara. Pendapatan dari tambang di Indonesia yang dioperasikan Indo Tambangraya tercatat US$1,63 miliar, turun 18% pada 2015 dibanding tahun sebelumnya.

Penjualan batu bara dari tambang di Indonesia mencapai 28,16 juta ton, turun 3% dibanding 2014. Sementara itu, harga jual rata-rata batu bara (average selling price/ASP) US$58,38 per ton pada 2015, turun 13% dibanding tahun sebelumnya. Selain itu, tambang di Indonesia juga terus meningkatkan efisiensi dan memangkas biaya yang terefleksi pada stripping ratio sebesar 8,65 kali dibanding 2014 yang mencapai 9,76 kali.

Produksi batu bara Banpu di Indonesia berasal dari tiga anak usaha Indo Tambangraya, yakni PT Bharinto Ekatama, PT Trubaindo Coal Mining dan PT Indominco Mandiri.

Banpu juga melaporkan penjualan batu bara dari tambang di Australia sebesar 13 juta ton turun 16% dibanding 2014 seiring dengan penghentian operasi untuk perawatan tambang Angus Place sejak Februari 2015. Pada 2014, Angus Place mencatat total produksi 1,7 juta ton.(AT)