JAKARTA – PT Pertamina (Persero) dan PT Chevron Pacific Indonesia hingga kini masih membahas transisi Blok Rokan. Pertamina masih belum bisa berinvestasi lebih awal di blok yang dikelola Chevron hingga 2021 tersebut, sehingga produksi Blok Rokan pun terancam dan berpotensi terus turun.

“Dua tahun ini tergantung tahap transisi. Chevron akan habis 2021. Perundingan antara Chevron dan Pertamina harus bisa berjalan secepatnya,” kata Dwi Soetjipto, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) di Jakarta, Senin malam (29/7).

Dia menambahkan masa transisi adalah masa krusial terutama bagi Pertamina yang mengelola blok terminasi. Apalagi blok Rokan juga masih menjadi kontributor produksi minyak nasional.

Poin utama dalam transisi blok terminasi dari sisi transfer teknologi. “Aspek teknologi dan transfer of knowledge-nya. Kedua proses investasi yang harus jalan cukup cepat. Proses dalam investasi diharapkan bisa dipercepat, kemudian juga terkait dengan implementasi teknologi tadi,” ungkap Dwi.

Chevron juga diminta untuk tetap melaksanakan metode Enhance Oil Recovery (EOR) di Blok Rokan agar nanti bisa segera dilanjutkan oleh Pertamina. “Di Rokan EOR itu sudah menyatu bersama. Saat ini sudah jalan, tidak terputus-putus,” kata Dwi.

Hingga semester I 2019, rata-rata lifting minyak di Blok Rokan mencapai 190.654 barel per hari (bph). Realisasi tersebut sukses mencapai target yang dicanangkan Anggaran Pendatapan Belanja Negara (APBN) 2019 sebesar 190 ribu bph, namun masih dibawah realisasi 2018 yang bisa mencapai 209 ribu bph.

Dharmawan H Samsu, Direktur Hulu Pertamina, mengatakan  meskipun belum menemui kata sepakat, tim Pertamina tetap menjalin koordinasi dengan tim Chevron untuk memastikan kondisi lapangan dan fasilitas produksi Blok Rokan terawat dengan baik, terutama saat nanti Pertamina masuk mengelola.

Pertamina berusaha sekuat tenaga agar masa transisi berlangsung dengan baik, sehingga kondisi transisi yang dialami saat alih kelola Blok Mahakam tidak terulang. “Dari sisi effort, kami bertiga selalu ketemu. Steering committee antara Pertamina, Chevron di mediasi SKK Migas untuk memastikan investasi masa transisi jalan. Kami memastikan usaha-usaha untuk merawat lapangan tetap dilakukan. Kami secara periodik bertemu untuk memastikan itu. Belajar dari Mahakam,” kata Dharmawan.(RI)