JAKARTA – Pemerintah Indonesia diminta berhati-hati menyikapi kenaikan harga minyak dunia. Pemberian subsidi dinilai akan menambah inefisiensi terhadap kondisi keuangan yang makin tegerus dalam kondisi saat ini.

Fatih Birol, Direktur Eksekutif Internasional Energy Agency (IEA)

Fatih Birol, Direktur Eksekutif Internasional Energy Agency (IEA) mengungkapkan, minyak masih menjadi salah satu elemen energi utama yang dikonsumsi masyarakat, termasuk negara-negara di kawasan ASEAN seperti Indonesia. Pergerakan harga minyak tentu akan menberikan dampak dan pengaruh terhadap kebijakan di sektor energi.

Peningkatan harga minyak biasanya selalu direspon pemerintah Indonesia dengan memberikan subsidi untuk menahan laju pergerakan harga sehingga tidak berdampak langsung kepada masyarakat. Namun untuk kondisi sekarang pemerintah harus lebih selektif dalam memberikan subsidi, tidak lagi sama seperti dulu.

“Harga minyak tinggi menekan konsumen dan membuat pemerintah harus hati hati memberikan subsidi. Di ASEAN, harusnya hati-hati dengan subsidi, karena membuka inefisiensi penggunaan energi,” kata Fatih di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM Jakarta, Senin (16/7).

Harga minyak yang meningkat jelas akan menekan konsumen dalam beberapa tahun ke depan. IEA menilai investasi di sektor energi akan sangat krusial untuk menjawab peningkatan konsumsi energi.

“Khususnya di sektor power, guna merespon peningkatan permintaan energi,” ungkap Fatih.

Pemerintah juga diminta untuk lebih memperhatikan perkembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) yang sudah lebih dulu dilirik di negara maju. Ketergantungan akan energi fosil dalam jangka panjang tentu berbahaya.

Dengan sumber daya EBT yang ada di tanah air, maka efisiensi akan bisa terus ditingkatkan. Pun demikian dengan impor BBM yang terus membengkak setiap tahun.

“Tapi ini perlu kebijakan yang jelas untuk bisa memangkas ongkos produksi agar harga energi terjangkau,” tandas Fatih.(RI)