JAKARTA – Konsumsi BBM lagi-lagi menjadi kambing hitam atas kondisi negatifnya neraca migas nasional. Kali ini peningkatan konsumsi tidak hanya dipicu peningkatan kebutuhan masyarakat akan BBM saat Ramadhan, namun juga imbas dari mulai bisa dilaluinya jalur tol Trans Jawa dan Sumatera.

Arcandra Tahar, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengungkapkan harga tiket pesawat yang masih tinggi ternyata ikut mendorong masyarakat untuk beralih moda transportasi.

“Ada perilaku konsumen yang beralih dari udara ke jalan tol. Apalagi pada Ramadhan dan lebaran tahun ini diperkirakan banyak pemudik menggunakan jalan tol. Jadi stok (BBM) kami lebihkan. Dampaknya volume impor naik,” kata Arcandra usai menggelar rapat neraca migas di Kementerian Koordinator Perekonomian, Jumat (17/5).

Untuk tahun ini rata-rata konsumsi BBM jenis gasoline sekitar 92.563 kiloliter (KL) per hari. Untuk periode Satgas tahun ini diproyeksi meningkat menjadi 107.165 KL

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan defisit migas pada April mencapai US$1,49 miliar karena ekspor migas hanya sebesar US$741,9 juta. Disisi lain, impor tertinggi masih didominasi BBM sebesar US$1,44 miliar.

Tingginya impor migas langsung berdampak pada neraca perdagangan. Nilai impor menjadi US$2,24 miliar, meningkat 46,99% dari realisasi impor pada Maret sebesar US$1,52 miliar. Ini berdampak signifikan terhadap neraca perdagangan Indonesia yang mengalami defisit mencapai US$2,5 miliar atau terbesar sepanjang sejarah.

Arcandra mengatakan hal lain yang membuat neraca migas kembali defisit lantaran harga minyak dunia kebetulan sedang meningkat saat impor BBM Indonesia juga meningkat. Itu yang membuat nilai impor membengkak.

Peningkatan volume konsumsi BBM jelang  lebaran sebenarnya sudah diprediksi, namun tidak demikian dengan harga minyak dunia.

“Lihat fenomena ini untuk stok ketahanan lebaran dan kenaikan harga minyak di luar kendali kita. Maka naiklah defisit neraca perdagangan kita,” kata Arcandra.

Disisi lain ekspor migas Indonesia sebaliknya mengalami penurunan. Ini adalah konsekuensi dari pembelian minyak mentah oleh Pertamina dari perusahaan migas yang beroperasi di Indonesia.

Selain itu impor solar juga sudah dihentikan mulai bulan ini, sebagai dampak dari program B20 sehingga pasokan solar dalam negeri juga sudah cukup mewakili.

“Dari sisi ekspornya kan berkurang tapi kebutuhan crude impor kan berkurang. Yang kita waspadai itu impor BBM sama LPG. Sekitar 20% sudah tahan laju impor solar kan. Impor solar udah enggak ada untuk bulan ini itu sudah menandakan bahwa B20 bantu,” kata Arcandra.(RI)