JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membeberkan investigasi terhadap kejadian blow out di Wilayah Kerja Panas Bumi Sorik Marapi pada 24 April lalu. Hasilnya terjadi tindakan tidak profesional saat pemboran sumur T12.

Dadan Kusdiana, Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, mengungkapkan hasil dari investigasi menunjuukan telah terjadi tabrakan secara sederahana ini mata bor menabrak lubang sumur yang lain sehingga terjadi kebocoran di situ.

“Dan ini diakibatkan dari tidak profesionalnya proses pengeboran, Jadi secara penyebabnya ini sangat simple untuk dipahami kejadian-kejadian seperti ini ke dalam pengelihatan kami kejadian dasar yang sebetulnya kalau prosedur diikuti ini nggak akan terjadi,” kata Dadan saat rapat dengan Komisi VII DPR RI, Senin (22/8).

Sayangnya tidak ada hukuman atau sanksi tegas yang dijatuhkan ke pengembang. Untuk menindaklanjuti itu pemerintah hanya memberikan 17 rekomendasi yang harus dipenuhi oleh pemgyembang yakni PT Sorik Marapi Geothermal Power (SMGP).

“Apa yang kami lakukan di sisi awal, tentunya dari laporan investigasi tersebut kami ada 17 rekomendasi yang disampaikan ke SMGP dan 16 nya ini sudah ditindaklanjuti, umumnya kegiatan di sisi keteknikan. Satu rekomendasi aspek sosial,” ujar Dadan.

“Dadan menegaskan telah mendorong dan minta ke SMGP untuk segera memperbaiki dari SDM nya termasuk di level manajemennya. Kami minta untuk diganti jadi GM drilling diganti, posisi tertinggi yang terkait dengan aspek kegiatan pengeboran baik itu eksporasi dan ekspoitasi dan sudah diganti SMGP yang sudah bekerja baru,” jelas dia.

Seperti diketahui, pengembang pada proyek PLTP Sorik Marapi, melaporkan bahwa pada tanggal 24 April 2022, terjadi semburan liar (blow out) yang diikuti dengan keluarnya gas H2S ketika berlangsung pengeboran sumur panas bumi T-12.

SMGP melakukan kegiatan pengeboran sumur panas bumi yang salah satunya sumur T-12 untuk penyediaan suplai uap PLTP Unit III.

Pengeboran sumur T-12 mulai dilaksanakan sejak tanggal 20 April 2022 dan direncanakan berlangsung selama 44 hari dengan target kedalaman 2700 m. Ketika terjadi steam kick, kedalaman sumur baru mencapai 370 m dan belum mencapai zona reservoir sehingga memiliki kemungkinan kecil terjadinya steam kick. Dari penelusuran terhadap data-data pengeboran, penyebab munculnya semburan liar di duga berasal dari sumur T-11 yang berjarak kurang lebih 7 meter dari sumur T-12. Tim Kementerian ESDM terus melakukan pendalaman untuk menemukan penyebab semburan liar tersebut.

Dampak dari kejadian tersebut, dilaporkan sebanyak 19 orang warga masyarakat dan 2 orang kru pengeboran terpapar H2S yang keluar dari semburan liar. (RI)