JAKARTA – Kelanjutan persiapan proyek Indonesia Deepwater Development (IDD) atau proyek migas laut dalam tahap II diklaim sudah memasuki fase akhir dengan telah disepakatinya semua persoalan teknis serta biaya pengembangan proyek. Namun PT Chevron Pacific Indonesia memprediksi penyelesaian pembangunan berbagai fasilitas produksi akan molor.

Fatar Yani Abdurrahman, Deputi Operasi Satuan Kerja Khusus Pelaksan Kegiatan Usaha Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas),  mengungkapkan perkembangan proyek IDD lebih baik dibanding progress proyek pengembangan Blok Masela.

“Kalau angka-angka investasi sudah tidak ada masalah,” kata Fatar di Jakarta, Rabu (10/4).

Adapun poin utama yang tersisa adalah terkait jadwal penyelesaian proyek yang belum disanggupi  Chevron selaku kontraktor yang mengerjakan proyek.

Menurut Fatar, SKK Migas memberi tenggat waktu kepada Chevron untuk bisa menyelesaikan pembangunan fasilitas produksi gas di lapangan Gendalo-Gehem pada kuartal IV 2023. Di sisi lain, Chevron sudah memperkirakan penyelesaian fasilitas produksi sampai gas mulai menyembur membutuhkan waktu lebih lama.

“Pending-nya hanya di kesepakatan jadwal penyelesaian proyek. Kami bilang harusnya kuartal IV 2023 bisa onstream. Mereka melhat ada risiko delay 1 sampai 1,5 tahun karena pengalaman eksekusi proyek ini sebelumnya,” ungkap Fatar.

Jika proyek molor maka SKK Migas khawatir akan menganggu keekonomian proyek IDD. Jika benar terjadi maka Chevron butuh insentif, dimana deskresi menteri diperlukan untuk memberikan insentif tersebut.

“Kuncinya dijadwal, kalau delay setahun akan membuat keekonomian proyek tergerus sehingga perlu ada diskresi,” tukas Fatar.

Adapun bentuk diskresi yang dibutuhkan berupa Nett Present Value (NPV) dan Internal Rate of Return (IRR) yang tidak berubah atau disamakan seperti NPV dan IRR yang didapatkan sesuai perhitungan SKK Migas. Padahal jika suatu proyek molor NPV dan IRR tentu akan ikut tergerus.

Fatar berharap pihak kontraktor bisa menyelesaikan proyek sesuai waktu yang telah disusun SKK Migas karena jika tidak molor, semua parameter keekonomian sudah bagus dan proyek IDD layak untuk dikerjakan.

Fatar mengatakan semua argumentasi SKK Migas terkait jadwal penyelesaian proyek sudah diserahkan ke Chevron yang menyatakan akan segera berkoordinasi para partner di proyek tersebut.

“SKK Migas sedang menunggu respon Chevron tentang jadwal ini, mereka harus bicara lagi dengan partnernya,” ujar Fatar.

Chevron (sebagai operator) menguasai 63% hak partisipasi di Proyek IDD (secara agregat), bersama mitra joint venture lainnya, yaitu ENI, Tip Top, Pertamina Hulu Energi, dan para mitra Muara Bakau.(RI)