JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) optimistis proses pengerjaan proyek Indonesia Deepwater Development (IDD) oleh Chevron bisa dipercepat. Saat ini proyek IDD sudah memasuki tahap kedua, yakni pengembangan lapangan Gendalo-Gehem.

Arcandra Tahar, Wakil Menteri ESDM, mengatakan sudah meminta tim Chevron dari kantor pusatnya di Amerika Serikat untuk langsung turun tangan mempersiapkan kelanjutan pengembangan proyek IDD. Saat ini proyek IDD masih dalam proses Pre Front End Engineering Design (Pre FEED). Studi dan konsep kelayakan pekerjaan keteknikan dan desain, atau Pre FEED telah dimulai pada Desember 2017.

“IDD, kami development secepatnya. Saya minta dari Houston langsung datang. Chevron janji akan dipercepat, Juni akan memasukan (Pre FEED), ” kata Arcandra sat ditemui di Kementerian ESDM Jakarta, Kamis (17/5).

Arcandra mengatakan beberapa strategi ditawarkan untuk mempercepat proses pengembangan, seperti fleksibilitas penetapan contractor FEED sehingga mendorong efisiensi waktu.

“Misalnya FEED. Tidak lagi yang contractor FEED tidak boleh EPCI. Nah ini kami design sehingga nanti dieksekusi cepat. Hemat waktu antara 1-2 tahun,” tukasnya.

Dengan adanya berbagai strategi percepatan tersebut maka gas dari Gendalo-Gehem diproyeksikan akan mulai diproduksikan pada 2023. Target tersebut jauh lebih cepat dibanding rencana awal.

“First gas 2023-2024, sebelumnya kan jauh kebelakang. 2023 lah saya optimis ada beberapa contract strategy yang saya sarankan,” ungkap Arcandra.

Chevron (sebagai operator) memegang 63% hak partisipasi di Proyek IDD (secara agregat), bersama mitra joint venture lainnya, yaitu ENI, Tip Top, Pertamina Hulu Energi, dan para mitra Muara Bakau.

Tahap pertama proyek IDD, lapangan Bangka telah berproduksi sejak Agustus 2016 dan menghasilkan delapan kargo gas alam cair (LNG) yang dikapalkan dari Terminal LNG Bontang, Kalimantan Timur.(RI)