JAKARTA – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) kembali sesumbar bahwa proyek migas laut dalam atau Indonesia Deepwater Development (IDD), salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) hulu migas yang tidak jelas kelanjutannya selama bertahun-tahun akan memasuki babak baru pada tahun ini.

Hal tersebut bisa terjadi menyusul finalisasi pengalihan hak partisipasi atau Participating Interest (PI) proyek IDD dari Chevron ke perusahaan baru.

Dwi Soetjipto, Kepala SKK Migas, mengungkapkan status pengalihan PI proyek IDD kini sudah tidak lagi hanya sebatas target dan harapan. Kemajuan pesat pembicaraan yang sudah terjalin antar para pihak diyakini bakal bisa direalisasikan tidak lama lagi.

“Bukan hanya harpan saja tapi sudah sekapat, baik dari Chevron sendiri dan calonnya sudah sepakat, jadi di Q1 ini sudah bisa diselesaikan dan sudah bisa diperoleh (keputusan),” kata Dwi di kantor SKK Migas (18/1).

Bahkan menurut Dwi perbedaan signifikan kondisi sekarang dengan beberapa waktu lalu bisa terlihat dimana kedua perusahaan tengah melakukan due dilligence. Sayangnya Dwi belum mau membeberkan perusahaan mana yang akan mencaplok PI Chevron di IDD.

“Saat ini sudah proses due diligence, minggu depan masih ada beberapa data yang diungkap oleh Chevron dan meyakinkan lagi untuk SKK Migas perihal Aset IDD dan di Q1 sudah bisa deal. Bisa go,” ujar Dwi.

Chevron (sebagai operator) memegang 63% hak partisipasi di Proyek IDD (secara agregat), bersama mitra joint venture lainnya, yaitu ENI, Tip Top, Pertamina Hulu Energi, dan para mitra Muara Bakau. Pengembangan Gendalo-Gehem termasuk pengembangan dua hub terpisah masing-masing memiliki FPU, pusat pengeboran bawah laut, jaringan pipa gas alam dan kondensat, serta fasilitas penerimaan di darat. Rencananya gas alam hasil produksi dari proyek IDD akan dijual untuk kebutuhan dalam negeri dan diekspor dalam bentuk gas alam cair.

Proyek IDD tahap II ini akan menggabungkan dua lapangan migas, yakni Lapangan Gendalo, Blok Ganal dan Gehem, Blok Rapak. Pengembangan tahap II ini mendesak untuk segera dilanjutkan, apalagi kontrak Blok Rapak dan Ganal juga akan berakhir pada 2027 dan 2028.

Sudah sejak lama dikabarkan bahwa ENI akan menjadi operator yang menggantikan Chevron di proyek IDD. ENI bukan tanpa alasan melirik IDD. Pasalnya saat ini ENI juga tercatat menjadi operator di blok yang lokasinya sangat berdekatan dengan proyek IDD. Hal itu menjadi nilai plus karena bisa memastikan ketersediaan infrastruktur sehingga tidak memerlukan biaya tinggi jika ENI mau menggarap IDD. (RI)