JAKARTA – Realisasi serapan batu bara dalam negeri hingga kuartal I 2020 masih jauh dari target yang sudah dipatok Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Dalam catatan Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara , realisasi penyerapan batu bara baru mencapai 10,5% dari target yang dipatok yakni 155 juta ton atau mencapai 16,37 juta ton. Sementara untuk realisasi produksi triwulan I mencapai 94,72 juta ton dan ekspor 30,24 juta ton.

Bambang Gatot Ariyono, Dirjen Minerba Kementerian ESDM, mengatakan realisasi produksi dan penjualan batu bara terus naik dari mulai 2015 sebesar 461 juta ton, tahun 2016, 456 juta ton hingga 616 juta ton pada tahun 2019. Sementara itu pada 2020 produksi dipatok pada level 550 juta ton.

Dengan adanya peningkatan target produksi ini sebenarnya diharapkan serapan batu bara domestik juga bertambah.

”Realisasi Domestic Market Obligation (DMO), Pemerintah berharap setiap tahun itu naik, artinya apa? jadi pemanfaatan batubara untuk domestik itu akan lebih baik, untuk itu kita menyediakan, memastikan bahwa kebutuhan batubara domestik mesti terpenuhi,” kata Bambang di Jakarta, Jumat,  (13/3).

Bambang mengatakan, saat ini memang DMO batu bara hanya sebesar 25% dari produksi. Dia yakin peningkatan DMO hingga 50% dari produksi sangat memungkinkan karena produksi batu bara nasional saat ini mencapai empat kali lipat dari kebutuhan DMO.

“Tidak ada masalah kita sekarang baru 25%, naik sampai 50% seandainya itupun tidak akan ada masalah, kita produksi empat kali lipat dari kebutuhan untuk DMO, mesti akan terpenuhi DMO. Tidak ada masalah, kita Pemerintah memastikan pro kepada publik kenapa? karena harga batu bara untuk listrik dijamin tidak lebih dari US$ 70, jadi tidak ada masalah DMO,” jelas Bambang. (RI)