JAKARTA – Pergerakan harga baru bara di awal tahun ini terus menurun. Harga Batu Bara Acuan (HBA) Mei 2019 ditetapkan sebesar US$81,86 per ton atau turun dari posisi April 2019 sebesar US$88,85 per ton.

Garibaldi Thohir,  Presiden Direktur dan CEO PT Adaro Energy Tbk (ADRO) mengakui penurunan harga sudah terlanjur terjadi namun permintaan masih stabil sepanjang tahun. Ini yang membuat harga batu bara tidak akan turun jauh hingga di bawah US$80an per ton.

“Yang namanya harga sekarang relatif melemah, tapi prediksi saya dia (harga) akan steady karena suplai tidak drastis. Tidak seperti 2011. Relatif karena perang dagang segala macam flat. Kalau musim dingin relatif kurang (pasokan),  harga naik,” kata Garibaldi di Jakarta, Rabu malam (15/5).

Menurut Garibaldi,  selain permintaan yang stabil, suplai dari produsen batu bara juga tidak bertambah. Ini disebabkan  pengetatan pinjaman dari perbankan yang sudah tidak lagi gelontorkan dana untuk pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Batu Bara (PLTU).

Lembaga pinjaman dari Jepang maupun Eropa seperti diketahui sudah mengeluarkan kebijakan tidak akan menggelontorkan dana untuk pembangunan PLTU baru.

“Financing baru untuk tambang-tambang baru susah. Orang mau nambang baru cari financing bank susah. Berarti menurut saya kalau tidak ada financing baru, berarti suplai baru tidak meningkat. Kalau suplai tidak meningkat karena tidak ada pemain baru jadi harga stabil di atas US$80 per ton,” ungkap Garibaldi.

Meski tahun ini suplai batu bara diprediksi tidak akan mengalami peningkatan signifikan,  kebutuhan diperkirakan akan kembali menggeliat. Beberapa pembangkit listrik besar mulai akan beroperasi tidak hanya di Indonesia tapi juga di beberapa negara yang jadi target pasar batu bara di kawasan Asia.

“Ke depan harusnya bertambah, PLTU Batang jadi, di Vietnam jadi, Jepang jadi, India, nah itu nanti. Tahun ini tidak ada yang baru. Begitu PLTU jalan butuh batu bara. Next year akan naik. Tapi saya lihat suplai akan terbatas,” kata Garibaldi.

Sejak September 2018, HBA terus merosot dan belum pernah mencetak kenaikan bulanan. Terakhir kali HBA mencetak kenaikan bulanan pada Agustus 2018 ketika bertengger di level US$107,83 per ton.

Tren penurunan yang panjang tersebut membuat rata-rata HBA dalam lima bulan pertama tahun ini hanya senilai US$89,01 per ton, jauh dari rata-rata HBA sepanjang tahun lalu yang mencapai US$98,96 per ton.

Nilai HBA Mei 2019 tersebut sekaligus menjadi yang terendah sejak Juli 2017. Kala itu, HBA ditetapkan senilai US$78,95 per ton.(RI)