JAKARTA – PT Perusahaan Gas Negara Tbk membukukan laba bersih sebesar US$ 54,04 juta sepanjang semester I 2019, anjlok 62,9% dibanding periode yang sama di tahun lalu US$145,94 juta. Sementara EBITDA tercatat sebesar US$ 472,31 juta.

Emiten infrastruktur dan distribusi gas dengan kode saham PGAS itu mencetak pendapatan US$ 1,79 miliar,  lebih tinggi dibanding periode yang sama 2018 sebesar  US$1,62 miliar.

PGN mencatatkan laba operasi sebesar US$ 252,03 juta. Namun, selama periode ini juga, perseroan mencatatkan beban non-cash,  diantaranya impairment dan selisih kurs, yang mempengaruhi kinerja keuangan semester I 2019.

Pendapatan tersebut berasal dari hasil penjualan gas sebesar US$ 1.332,6 juta, penjualan minyak dan gas sebesar US$ 196,2 juta, transmisi gas sebesar US$ 163,4 juta dan pendapatan usaha lainnya sebesar US$ 97,19 juta.

“Di tengah tantangan bisnis domestik dan global yang sangat dinamis, Perseroan mampu meningkatkan pangsa pasar gas bumi melalui penambahan jumlah pelanggan dan perluasan infrastruktur sebagai Sub-Holding Gas,” kata Rachmat Hutama, Sekretaris Perusahaan PGN dalam keterangan resminya, Selasa (20/8).

Dia mejelaskan pada periode Januari – Juni 2019, PGN berhasil menyalurkan gas bumi sebesar 2.938 BBTUD. Rinciannya, volume gas distribusi sebesar 932 BBTUD, dan volume transmisi gas bumi sebesar 2.006 BBTUD. Melayani lebih dari 350 ribu pelanggan dengan cakupan infrstrukur pipa gas bumi sepanjang lebih dari 10 ribu km termasuk jaringan gas untuk melayani sektor rumah tangga sepanjang lebih dari 3800 km.

Sejalan dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan perekonomian nasional di berbagai sektor bisnis, PGN juga akan terus membangun dan memperluas infrastruktur gas bumi yang berkesinambungan. Tingginya kebutuhan energi di dalam negeri merupakan peluang bagi PGN untuk mengoptimalkan penggunaan gas bumi dan pemanfaatan gas bumi di berbagai daerah di Indonesia yang berkelanjutan.

Menurut Rachmat, kebijakan pemerintah membangun berbagai infrastruktur telah mendorong munculnya sentra-sentra perekonomian baru di berbagai wilayah di Indonesia. Sebagai subholiding gas, PGN akan mengambil peran untuk menyediakan energi gas bumi yang terbukti efisien, ramah lingkungan dan sumbernya berada di dalam negeri.

Kebutuhan energi di dalam negeri yang semakin besar kata Rachmat menjadi tantangan bagi PGN untuk menyediakan gas bumi yang akan menciptakan multiplier effect luas bagi sektor industri dan ekonomi nasional.

“Infrastruktur akan tetap menjadi fokus PGN untuk mengalirkan gas bumi dari hulu hingga ke konsumen. Selain itu, untuk mewujudkan komitmen penggunaan dan pemanfaatan gas bumi di berbagai daerah di Indonesia yang berkelanjutan dan menjangkau lebih banyak konsumen dalam mewujudkan bauran gas bumi di 2025 sebesar 22%, kami terus berupaya untuk meningkatkan kehandalan kepada pelanggan,” kata Rachmat.

Melalui berbagai insiatif dan inovasi yang terus dilakukan, PGN mengembangkan teknologi infrastruktur beyond pipeline baik berbasis Compressed Natural Gas (CNG) maupun Liquified Natural Gas (LNG) diberbagai wilayah di Indonesia. Salah satu inovasi untuk menjaga ketahanan sustainability pasokan di wilayah Jawa Timur, saat ini PGN akan mengoperasikan LNG di Teluk Lamong, Jawa Timur.

Selain itu, terdapat beberapa infrastruktur utama yang telah dan dalam tahap penyelesaian seperti proyek pipa transmisi Duri-Dumai sepanjang 67 km, jaringan pipa transmisi Gresik-Semarang sepanjang 258 km yang telah mencapai 98%, dan pembangunan jaringan gas rumah tangga sebanyak 78.216 sambungan dari penugasan pemerintah untuk membantu mengurangi beban impor migas.

PGN juga sedang mengejar target pemanfaatan gas bumi di masyarakat yakni program 4,7 juta sambungan jaringan gas rumah tangga pada  2025.(RI)