JAKARTA – Harga komoditas termasuk komoditas tambang mulai memberikan respon terhadap merebaknya virus Corona Wuhan. Hal ini ditandai dengan turunnya beberapa harga komoditas tambang. Maklum saja pusat merebaknya virus tersebut juga di China yang merupakan salah satu kekuatan ekonomi dunia.

Bambang Gatot Ariyono, Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM, mengatakan meski belum berdampak signifikan bagi Indonesia, jika berlangsung dalam waktu lama maka dampak virus bisa dirasakan industri tambang dalam negeri.

“Belum (berdampak), ini kan baru sebentar. Kalau sudah enam bulan mungkin baru kelihatan,” kata Bambang saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM, akhir pekan lalu.

Hingga kini, efek Corona baru terasa di komoditas batu bara. Dalam realisasi Harga Batu Bara Acuan (HBA) Februari 2020 naik tipis dibanding bulan sebelumnya. HBA Februari tercatat sebesar US$66,89 per ton, naik 1,45% dibanding HBA Januari yang ada di angka US$65,93 per ton. Virus Corona menjadi salah satu faktor yang ikut mengkatrol HBA di Februari 2020. “Batu bara harganya naik sedikit,” tukasnya.

Kenaikan HBA dipengaruhi berkurangnya pasokan batu bara dari tambang di Negeri Tirai Bambu tersebut. Hal itu terjadi setelah libur Tahun Baru Imlek dan juga terpengaruh oleh merebaknya wabah virus Corona.

Menurut Bambang, komoditas lainnya, seperti nikel belum memberikan dampak yang berarti. Apalagi, Indonesia telah resmi melarang ekspor bijih nikel (ore) kadar rendah sejak 1 Januari 2020 lalu.

Virus Corona di China belum berdampak signifikan terhadap ekspor produk turunan nikel seperti Nikel Pig Iron (NPI). Pelaku usaha tambang di tanah air juga akan melakukan investasi dan produksi sesuai rencana yang telah ditargetkan pada tahun ini. “Kami produksi sesuai dengan (rencana) sekarang saja, belum ada antisipasi, normal biasa saja,” kata Bambang.(RI)