JAKARTA – Realisasi investasi sektor energi pada 2018 melampaui realisasi 2017. Data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat hingga Desember 2018 investasi mencapai US$ 32 miliar lebih tinggi dibanding 2017 sebesar US$27,5 miliar maupun 2016 sebesar US$29,7 miliar.

“Semua (subsektor), listrik, mineral dan batu bara (minerba), migas, dan EBT, naik (investasinya),” kata Arcandra Tahar, Wakil Menteri ESDM di Jakarta, Rabu (2/1).

Namun realisasi investasi hingga Desember masih dibawah target pemerintah sebesar US$37,2 miliar.

Tahun ini, investasi masih didominasi sektor migas yang tercatat mencapai US$ 12,3 miliar. Sebenarnya realisasi ini diatas capaian tahun lalu yang sebesar US$ 11 miliar, namun masih dibawah target yang ditetapkan sebesar US$ 16,8 miliar.

Kenaikan realisasi investasi tahun ini dibanding beberapa tahun sebelumnya juga sejalan dengan adanya perubahan iklim berinvestasi yang ditandai dengan diambilnya beberapa blok migas dalam lelang blok migas.

“Coba lihat, tidak ada yang laku lelang blok kita di dua tahun sebelumnya,” kata Arcandra.

Pada 2018 total ada sembilan blok migas yang diambil dalam tiga tahap lelang blok migas. Pada 2017, ada empat blok migas.

Investasi subsektor kelistrikan juga melampaui capaian tahun lalu. Kementerian ESDM mencatat investasi kelistrikan sebesar US$ 11,3 miliar jauh diatas 2017. Namun masih dibawah target pemerintah yang dipatok sebesar US$12,2 miliar.

Sektor Energi Baru Terbarukan (EBT) juga mencatatkan realisasi investasi yang belum mencapai target karena hanya mencapai US$1,6 miliar dari target sebesar US$ 2 miliar. Padahal realisasi 2018 melebihi raihan 2017 sebesar US$1,3 miliar.

Untuk subsektor mineral dan batu bara (minerba), realisasi investasi 2018 tercatat mencapai US$ 6,8 miliar. Realisasi minerba menjadi satu-satunya subsektor yang melampaui target yang sudah ditetapkan sebesar US$ 6,2 miliar. Serta melebihi capaian pada tahun lalu sebesar US$  6,1 miliar.

Menurut Arcandra, untuk minerba kenaikan investasi tidak terlalu besar dan bertahap. Ini tidak lepas dari pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian atau smelter yang tersebar. “Naik yang jelas (investasinya), tapi smelter ini kan pembangunannya piece by piece,” ungkap dia.

Arcandra mengungkapkan, kenaikan investasi pada 2018 dipengaruhi positifnya harga-harga komoditas, termasuk minyak. “Jadi ini pengaruh harga juga,” tandasnya.(RI)