Paul Sanderson dan Agung Seganti! Plus Dio Zulfikri, setter yang sangat moncer permainannya! Boleh jadi Anda akan menyebut tiga nama itu yang paling berkontribusi besar bagi keberhasilan tim bola voli Jakarta Pertamina Energi (JPE) menjadi juara pada laga puncak Proliga Bola Voli 2017 lawan Palembang Bank Sumsel Babel (PBSB) di GOR Amongrogo, Yogyakata, Minggu (23/4) sore.

Pilihan Anda tentu tidak salah. Paul Sanderson, 31 tahun, spiker 196 cm asal Australia, itu bermain sangat gemilang pada grandfinal JPE versus PBSB. Selain smas-smashnya yang sangat kencang dan jatuh di daerah kosong lapangan PBSB, jumping service Sanderson, terutama di set ketiga, sangat menguntungkan bagi JPE. Lebih dari tujuh poin diperoleh secara berturut dari servis loncat gaya Sanderson yang tak bisa dikembalikan dengan sempurna oleh para pemain PBSB.

Anda juga tak salah bila menyebut Agung Seganti, 190 cm, sang kapten JPE, sebagai salah satu bintang yang cukup memesona pada partai final yang berkesudahan dengan kemenangan JPE atas PBSB dengan skor telak: 3-0 (26-24, 25-15, dan 25-12) itu. Apalagi, Agung, spiker anggota timnas, kemudian didapuk sebagai pemain terbaik (most valuable player/MVP) bersama Aprillia Manganang (spiker dan kapten Jakarta Electric PLN/JEP). Di final, Aprillia dkk, yang diasuh oleh pelatih asal China, Tien Mei, menghapuskan impian tim putri JPE yang dilatih Risco Herlambang, mantan pemain nasional asal Jabar, untuk merengkuh gelar juara Proliga.

Selain Sanderson dan Agung, Dio juga berperan penting dalam menyodorkan umpan-umpan matang bagi para spiker dan quicker hebat dari JPE. Umpan-umpan pendek atau panjang (jauh) yang disodorkan oleh Dio dimanfaatkan dengan baik oleh para pemain JPE dengan hunjaman smash keras di daerah lawan. Para pemain, termasuk pelatih PBSB, Syamsul Jais, yang mantan pemain tim nasional pada era 1990-an, tak kuasa menahan gempuran dan permainan memukau JPE. Akhirnya, tim PBSB yang saat grandfinal disaksikan Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin kalah dengan skor telak.

Pelatih Mumpuni

Sanderson, Agung, dan Dion boleh jadi ikut berkontribusi bagi kemenangan JPE atas PBSB. Tapi, jangan lupa. Peran pelatih dan asisten pelatih JPE juga juga sangat strategis. Apalagi, pelatih JPE, yaitu Putut Marhaneto adalah pelatih kepala klub bolavoli Yuso Yogyakarta, yang sekitar lima pemainnya masuk dalam tim JPE untuk Proliga 2017. Sementara asisten pelatih JPE adalah Andri Widiatmoko. Kita tahun, Andri adalah salah satu spiker nasional paling terkemuka pada masanya. Dia adalah salah seorang pelopor pemain voli dengan jumping service dan penyerangan melalui back attack, atau smash di belakang garis tiga meter.

Duet Putut-Andri memang cukup pandai dalam meracik kekuatan JPE pada Proliga musim ini. Kejelian pelatih Putut dalam mengatur strategi dan irama permainan JPE sangat terasa. Bukan hanya pada laga grandfinal Proliga versus PBSB. Pada babak penyisihan yang diikuti enam tim putra, JPE sudah unjuk gigi. PBSB pun dua kali ditundukkan oleh JPE.

Apa sebenarnya kiat Putut bisa membawa JPE meraih gelar juara pada Proliga tahun ini? Pada suatu kesempatan, Putut, yang juga dosen departemen kepelatihan pada Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Negeri Yogyakarta itu, mengatakan keberhasilan seorang pelatih dalam menjalankan tugasnya lebih ditentukan oleh filosofi yang dikembangkan selama proses pelatihannya. Kata dia, filosofi merupakan seperangkat nilai, kepercayaan, dan cara pandang seseorang terhadap dunianya, pekerjaannya, dan terhadap atletnya. “Itu juga terjadi pada bola voli,” katanya.

Putut mengaku, banyak pelatih memiliki pandangan umum yang seragam tentang pelatihan yang dilakukan. Namun, di antara mereka tentu ada perbedaan spesifik yang dipengaruhi oleh latar belakang kehidupan keluarga, tingkat pendidikan, kebutuhan dan tujuan hidup maupun pengalaman-pengalaman pribadinya. Dengan filosofi yang dimiliki, prinsip-prinsip dan arah kegiatan pelatihan akan mudah difokuskan.

“Filosofi merupakan dasar untuk menentukan bagaimana pengetahuan tentang ilmu-ilmu olahraga, teknik dan taktik akan dipergunakan untuk menyusun, menerapkan dan mengarahkan program pelatihannya,” katanya.

Putut, yang pernah melatih tim Jakarta Electric PLN pada Proliga 2015, mengatakan pengembangan filosofi mencakup pengembangan kesadaran diri dan tujuan pelatihan. Kecuali itu, pelatih harus menyadari peran dan fungsinya dalam mempengaruhi kelompok yang dipimpinnya. Berbagai peran pelatih dalam pelatihan olahraga antara lain sebagai guru, manajer, psikolog, ahli taktik dan strategi, polisi, orang tua, teman, maupun manusia model.

“Peran-peran tersebut harus dapat ditampilkan dalam situasi yang beragam sehingga menyebabkan pelatih perlu membekali diri dengan keterampilan dan pengetahuan yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan serta perkembangan lingkungan sosialnya,” katanya.

Putut mengakui saat laga final JPE versus PBSB dia berharap anak asuhnya memanfaatkan momentum saat memegang servis. Apalagi, sejumlah pemain JPE memiliki kemampuan jumping service mumpuni, seperti Sanderson. Jumping service yang cepat maupun lambat menjadi kunci kemenangan Agung Seganti cs.    

“Kami memang siapkan jump service cepat maupun lambat selama beberapa hari ini. Sampai berjalan 11-0 (di set ketiga) itu juga tidak disangka, hanya instruksikan yang penting bola keras masuk dan masuk ke tempat lawan. Ketika bola pelan pun lawan juga tidak bisa ambil, kesalahan-kesalahan lawan seperti ini yang memudahkan kami untuk raih poin. Mungkin mereka juga beban besar juga di babak empat besar sering kami kalahkan,” katanya.

Putut mengaku, PBSB awalnya memberikan perlawanan sengit. Tapi, PJE mampu meladenni. Strategi Putut dengan meminta anak didinya bermain lebih sabar dan percaya diri membuat tim PBSB tak berdaya. Apalagi, bola pertama yang sejatinya bisa dikembalikan dengan baik sehingga memudahkan setter PBSB Aji Maulana untuk mengirim umpan kepada spiker dan quicker PBSB, akhirnya hanya sekadar ilusi. Bola pertama server PJE tak mampu dikembalikan dengan bagus, terutama oleh para pemain PBSB yang berada di posisi 4-5-6.

Harapan
Keberhasilan Putut membawa JPE juara Proliga tahun ini memang patut diapresiasi. Denny Hendri Wijaya, mantan pemain timnas era pengujung 80-an, menilai Putut layak menangani timnas Indonesia untuk SEA Games di Kuala Lumpur. Para pemain yang diambil tentu saja materi terbaik selama perhelatan Proliga tahun ini. Bisa saja, para pemain timnas nanti gabungan dari PJE dan PBSB dan beberapa pemain moncer lainnya dari klub lain. Dengan sisa waktu yang ada, tentu harapan Putut untuk membawa emas bagi timnas putra Indonesia pada perhelatan SEA Games bukan sekadar ilusi.

Di sisi lain, manajemen Pertamina sejatinya juga kudu mempertahankan Putut dan Andri Widiatmoko untuk menukangi tim putra JPE pada Proliga musim depan. Masih cukup banyak waktu bagi JPE untuk mencari para pemain baru, termasuk pemain top dari klub lain, untuk dipinang dan bergabung dengan JPE.

Kombinasi pemain bagus, pemaing asing, dan pemain yunior yang punya bakat besar akan bisa diracik dengan mudah oleh Putut dan asistennya. Syaratnya: berikan waktu yang cukup kepada tim pelatih untuk mencari pemain baru dan berlatih secara bersama. (dr)